samudrafakta.com

Pecel, Menu yang Banyak Disebut dalam Naskah Kuno Nusantara

Pecel. Siapa tak kenal sajian khas pulau Jawa satu ini? Resep asli Nusantara ini memang sedap, cara bikinnya pun sederhana. Cukup dengan sayuran direbus lalu disiram sambal kacang, jadilah pecel makanan penggugah selera. Dan ternyata, pecel adalah sajian makanan yang sudah sangat tua. Menu ini dicatat dalam banyak naskah kuno Nusantara.

 

Salah satu naskah kuno yang menyebut “pecel” di dalamnya adalah Babad Tanah Jawa. Babad tersebut menceritakan, ketika Ki Ageng Pamanahan menempuh perjalanan ke Mataram, dia singgah di di Dusun Taji, tepatnya di kediaman seorang warga bernama Ki Ageng Karang Lo.

Ketika itu tuan rumah menyuguhkan jamuan berupa nasi dengan sayur rebus yang disiram bumbu kacang, daging ayam, dan sayur menir daun bayam untuk Ki Ageng Pamanahan.

Setelah selesai menyantap hidangan, Ki Ageng Pamahanan berkata, “Terima kasih, Ki Sanak, hidangannya enak sekali. Saya sungguh berutang budi pada Ki Sanak. Semoga kelak saya dapat membalasnya”.

Ki Gede Pemanahan pun menanyakan apa nama hidangan yang disajikan untuknya itu. Ki Ageng Karang Lo menjawab, “Puniko ron ingkang dipun pecel—itu (sajian) namanya pecel”. Pecel yang dimaksud Ki Ageng Karang Lo merujuk pada menu dedaunan yang direbus dan diperas airnya. Sejak saat itulah, menurut Babad Tanah Jawa, sajian tersebut dikenal dengan nama pecel.

Baca Juga :   Ini Lima Santapan Khas Natal Asli Indonesia, Nomor 5 Hanya untuk ‘Kalangan Khusus’

Pecel diprediksi sudah ada sejak abad ke-9. Di beberapa daerah, khususnya Madiun—yang pada masa lalu termasuk dalam wilayah kekuasaan Mataram Islam—pecel mempunya ciri khas berupa kembang turi. Pecel yang terkenal sederhana dan murah meriah ini, ternyata sudah ada sejak abad ke-9.

Sementara itu, praktisi dan pemerhati kuliner Wira Hardiyansyah menyebut bahwa pecel juga disebutkan dalam Kakawin Ramayana yang ditulis pada abad ke-9 era Mataram Kuno atau Mataram Hindu. Pada saat itu, Mataram dipimpin oleh Rakai Watukura Dyah Balitung (898-930 M).

Tak hanya itu, Wira juga menyebutkan pecel juga tertulis dalam Prasasti Siman dari Kediri, yang ditulis tahun 943 M. Dalam prasasti itu disebutkan makanan yang terbuat dari sayuran daun yang direbus dan diolah secara khusus dengan bumbu rempah.

Pecel juga tercatat dalam kitab Jawa populer, yakni Serat Centhini, yang menjadi koleksi Badan Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta. Serat Centhini ditulis pada tahun 1800.

Serat itu menceritakan kedatangan Syekh Wali Lanang dari Tanah Arab ke Jawa—yang kemudian menurunkan Sunan Giri. Singkat cerita, Sunan Giri Prapen memiliki tiga putra yakni, Jayengresmi, Jayengsari, dan Niken Rancangkapti.

Baca Juga :   Resto The Herritage di Surabaya Tuai Pujian Menparekraf Sandiaga Uno

Raden Jayengresmi dikisahkan mengembara melewati Surabaya, Kediri, Bojonegoro, Rembang, Pekalongan, Purwodadi, Semarang, Cirebon, Karawang hingga Bogor, dikawal oleh dua santrinya, Gathak dan Gathuk.

Sesampainya di Dukuh Argapura, Raden Jayengsari dan adiknya memikirkan dan membayangkan makanan yang ingin mereka makan, yaitu sekul pulen, panggang pudhak, jangan menir, pecel dhere, dhendheng menjangan gepuk, lalap seledri, kue koci, carabikang, mendut, dan timus.

Sedangkan, abdinya yang bernama Buras membayangkan sekul gaga blenyik putih, pecel iso myang semanggi, dan dhendheng pendul maesa. Saat itu, pecel menjadi salah satu hidangan yang disajikan untuk Jayengsari.

Serat Centhini juga menyebutkan hidangan berbahan buah atau sayur, yang kemudian berkembang menjadi hidangan pecel saat ini. Selain itu, pecel juga disajikan sebagai menu jamuan bagi para rombongan kerajaan.

Dengan adanya berbagai catatan dalam naskah-naskah kuno tersebut, maka bisa dikatakan pecel termasuk makanan kuno yang tetap bertahan, eksis, dan diminati hingga era modern saat ini. Anda dapat mencicipi ragam dan jenis pecel dari beberapa daerah, mulai dari pecel Madiun, pecel pincuk, pecel Blitar, hingga pecel Tumpang.

Baca Juga :   Dawet Telasih, Menu Kegemaran Ki Ageng Pemanahan
(Septia | Diolah dari Berbagai Sumber)

Artikel Terkait

Leave a Comment