samudrafakta.com

Orang Indonesia yang Beragama Islam Pasti Toleran

Anu, apa ada dalil, ajaran, atau anjuran, dari kitab suci mana pun, yang menyuruh manusia memaksakan keyakinan ke orang lain? Sepengetahuan Gus Anu, ya tidak ada.

Islam, apalagi. Agama ini enggak pernah ngajarkan pemaksaan dengan alasan apa pun. Dalilnya jelas: “…bahwa SESUNGGUHNYA KEWAJIBAN RASUL KAMI HANYALAH MENYAMPAIKAN dengan terang.” (QS. Al-Maidah [5]: 92). Nabi Saw. hanya bertugas MENYAMPAIKAN. Bukan MEMAKSAKAN. Soal diterima atau tidak, itu urusan lain. Beliau tidak bisa menentukan. Hidayah itu prerogatif Allah Swt. Jelas ya? Jelas, dong, masa’ enggak.

Al-Quran juga melarang orang yang beriman menghina sesembahan orang lain (QS. Al-An’am [6]: 108). Ini jelas tersurat lho. Tertulis. Bukan pesan tersirat yang perlu ditafsir dulu. Lakum dinukum waliyadin juga jelas tersurat. Tinggal baca, patuhi, beres. Akidah itu urusan privat, bukan urusan administrasi publik.

Dalam kehidupan bernegara, ada juga dalil yang melarang pemaksaan. UUD 1945 dan Pancasila menyerukan kesamaan hak tanpa memandang suku, agama, ras, dan antar-golongan. Itulah syarat keamanan dan ketenteraman hidup di sebuah negara.

Baca Juga :   Cepat-Cepat Kereta Cepat

Jadi, jika seseorang sadar bahwa dirinya adalah Warga Negara Indonesia dan beragama Islam, mestinya dia tidak akan merusuhi urusan dan keyakinan orang lain—sejauh itu tidak mengganggu ketertiban umum. Orang Indonesia yang beragama Islam itu punya karakter khusus: toleran. Semua ada aturannya.

Maka, ketika ada orang mengaku WNI dan beragama Islam, tapi intoleran, hobi merusuhi keyakinan orang lain, memaksa-maksa ikut keyakinannya yang ditafsirkan semaunya itu, bisa jadi sebenarnya dia tidak beriman pada Al-Quran, tapi ngaku-ngaku menjalankan perintah-Nya. Lha ya jelas to, Al-Quran saja menjelaskan kalau Nabi saja hanya ditugaskan Allah untuk menyampaikan, bukan memaksakan, eh, dianya  maksa-maksa dan ngatur-ngatur. Mungkin, anu, merasa lebih nabi dari Nabi Saw. kali ya?

Kalau ketemu orang kayak gitu, anu, doakan saja semoga bisa segera kembali ke Al-Quran dan hadits—jangan sampai harus disambar geledek dulu. Dan selamat berhari raya Natal bagi yang merayakan.(Gus Anu)

Artikel Terkait

Leave a Comment