samudrafakta.com

Jihad Literasi Pesantren Kreatif Baitul Kilmah (2):  Membentuk Santri sebagai Penulis, Penerjemah, Sekaligus Kreator

Santri Ponpes Kreatif Baitul Kilmah, Bantul, dididik untuk menjadi penulis, penerjemah, dan kreator konten. FOTO: SF/Imam Nawawi
YOGYAKARTA— Pesantren Kreatif Baitul Kilmah mempertahankan prinsip “silaturahmi intelektual” bersama jejaringnya, baik pondok pesantren salaf, pondok pesantren modern, maupun perguruan tinggi. Dari silaturahmi ini selalu muncul ide-ide kreatif dalam bidang pengembangan pendidikan Islam, khususnya pondok pesantren.

Pondok pesantren pada umumnya memiliki kekuatan berupa kekayaan akan literasi klasik. Warisan para intelektual muslim dari abad klasik, pertengahan, dan modern cukup berlimpah dan menjadi konsumsi harian para santri pondok pesantren.

Begitu pun dengan perguruan tinggi, yang memiliki kekuatan dalam pengembangan ilmu pengetahuan secara kritis, metodologis, dan ilmiah. Dinamika keilmuan di perguruan tinggi menjadi ciri khasnya sendiri, yang tidak dimiliki lembaga pendidikan lain di luar perguruan tinggi.

Baitul Kilmah melihat betapa luar biasa kombinasi dua kekuatan besar tersebut (pesantren dan perguruan tinggi). Berbekal modal literasi pesantren yang berlimpah dan progresifitas keilmuan perguruan tinggi, Baitul Kilmah mengupayakan integrasi keduanya. Strategi yang dipilih adalah pengembangan skill kepenulisan.

Kepenulisan diartikan sebagai upaya menggali kekayaan literasi klasik pesantren dan menginterpretasikannya melalui analisa akademis. Turunan dari visi untuk menggali kekayaan literasi ini, Baitul Kilmah menyelenggarakan kegiatan progam terjemah kitab kuning, pengumpulan manuskrip-manuskrup kuno, pelatihan aksara lokal (Kawi, Jawa, Pegon).

Baca Juga :   Agak Lain namun Inovatif, ‘Ngaji Pasan’ di Baitul Kilmah Membedah Naskah dan Film Sejarah Wali Songo

“Dengan kemampuan terjemah kitab kuning, santri-santri Baitul Kilmah diharapkan tidak kehilangan warisan-warisan intelektual muslim dunia. Dan dengan kemampuan membaca aksara lokal pada manuskrip kuno, para santri diharapkan tidak terputus dari warisan intelektual muslim Nusantara,” kata pendiri Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah, Dr. KH. Aguk Irawan, dikutip Rabu (8/4/2024).

Khusus untuk pembelajaran aksara lokal dan manuskrip kuno, dilakukan dengan dua cara: melalui pendidikan formal maupun noformal. Dalam pendidikan formal Madrasah Aliyah (MA) Peradaban Dunia yang diselenggarakan Yayasan Pondok Pesantren Kreatif Baitul Kilmah, ada mata mata pelajaran aksara lokal.

Tenaga pendidik adalah mereka yang juga memiliki kapasitas dan profesionalitas di bidang manuskrip dan aksara lokal.

Artikel Terkait

Leave a Comment