samudrafakta.com

Istikamah, PBNU Sudah Ikut Perjuangkan Palestina Sejak Indonesia Belum Merdeka   

R20 International Summit of Religious Authorities (R20 ISORA) yang digelar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) bukanlah upaya pertama organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam ini untuk mencari solusi bagi konflik antara Palestina dan Israel. Upaya serupa sudah berkali-kali dilakukan. Sudah dikerjakan PBNU sejak 85 tahun silam, sebelum bangsa Indonesia sendiri merdeka.  

Perjuangan PBNU dalam membela Palestina dikerjakan dengan banyak cara. Pada tahun 1936, majalah dwimingguan terbitan PBNU, Berita Nahdlatoel Oelama (BNO), rutin menginformasikan nasib bangsa Palestina yang sudah mulai dirongrong oleh bangsa Israel. Pemberitaan ini dimuat edisi 1 sampai 24 tahun 1355 H atau 1936 M.   

Pada tahun 1938, Majalah BNO edisi 22 tahun ke-7, bertanggal 20 Rajab 1357 H/15 September 1938 M, memuat fatwa Hadratussyekh Hasyim Asy’ari yang menyerukan dibacakannya doa qunut nazilah sebagai bentuk solidaritas untuk sesama umat Muslim atas peristiwa penjajahan yang terjadi di Palestina.  

PBNU ketika itu menyerukan kepada seluruh umat Islam agar bahu-membahu dengan rakyat Palestina memperjuangkan agama dan kemerdekaan tanah air mereka dari cengkeraman zionisme Israel. Cabang-cabang NU di seluruh Indonesia menggelar sebuah gerakan bernama ‘Pekan Rajabiyah’, yaitu pekan yang menggabungkan momentum perayaan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw. dengan solidaritas terhadap perjuangan rakyat Palestina merdeka.  

Baca Juga :   Israel Diprediksi Segera Mengalami “Kutukan 80 Tahun”

Seruan itu ditindaklanjuti dalam Muktamar NU ke-14 di Magelang, Jawa Tengah, pada Juli 1939. Muktamar melahirkan keputusan bahwa setiap cabang NU harus iuran untuk membantu Palestina. Keputusan tersebut diabadikan oleh koran berbahasa Sunda Sipatahoenan, dimuat pada berita berjudul Nahdlatoel Oelama djeung Palestina (Nahdlatul Ulama dan Palestina).

Pada tahun 1945, menjelang berakhirnya pendudukan Jepang di Indonesia, KH. Hasyim Asy’ari intens berkorespondensi dengan Mufti Palestina, Syekh Muhammad Amin al-Husaini, mengenai nasib bangsa masing-masing. Dan ketika Bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Palestina adalah salah satu negara yang paling cepat mengakui kedaulatan bangsa ini, bahkan sebelum proklamasi dibacakan oleh Sukarno dan Hatta. 

Artikel Terkait

Leave a Comment