samudrafakta.com

Dikabarkan Alami Pendarahan Otak, Budayawan Emha Ainun Najib Masuk Rumah Sakit

YOGYAKARTA | SAMUDRA FAKTA—Budayawan Muhammad Ainun Najib, yang akrab dipanggil Cak Nun (70), sang Marja Maiyah kelahiran Jombang, 27 Mei 1953, tengah dirawat intensif di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito Yogyakarta. Cak Nun dikabarkan mengalami pendarahan di otak.

Kabar mengenai sakitnya Cak Nun disampaikan oleh politikus PKB Luqman Hakim melalui akun Twitter pribadinya. Luqman mengajak semua pihak untuk mendoakan kesembuhan Cak Nun.

Mari berdoa, semoga Allah SWT memberikan kesembuhan, kesehatan, dan keadaan terbaik bagi Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang sedang dirawat di ICU RS Dr Sardjito,” tulis @LuqmanBeeNKRI, akun twitter Lukman Hakim, Kamis 6 Juli 2023

Luqman mengaku mendapat informasi langsung dari Sabrang Mowo Damar Panuluh atau Noe, putra Cak Nun sekaligus vokalis band Letto.

”Iya, kabar tersebut benar (Cak Nun tak sadarkan diri). Tadi, Sabrang mengabarkan bahwa Cak Nun masih dirawat intensif di ICU,” kata Lukman, mengutip Detik.com.

Kabar mengenai kondisi Cak Nun yang mengalami pendarahan otak juga sebelumnya beredar lewat pesan di grup WhatsApp yang telah beredar luas pada Kamis, 6 Juli 2023.

Baca Juga :   Jombang Melahirkan Banyak Pemberani yang Berkontribusi Besar terhadap NKRI

Mohon doanya teman-teman, Cak Nun gak sadarkan diri dirawat di RS Sarjito ada pendarahan otak. Sungguh mohon keikhlasan doa dari teman-teman semua,” demikian pesan di grup WhatsApp Jamaah Maiyah.

Doa kesembuhan untuk Cak Nun juga diposting di beberapa twit dan postingan IG Santri Maiyah. “Mbah Nun hanya kesayahan (kecapekan). Butuh istirahat banyak.”

Sementara itu, kondisi Cak Nun disebut membaik setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Sardjito. Informasi perkembangan kondisi tersebut disampaikan oleh Eks Sekretaris Cak Nun, Nur Janis Langgabuana, yang memperoleh kabar dari Ahmad Zaki, adik kandung sekaligus manager Cak Nun.

“Sekarang lebih baik dari kabar yang saya terima jam 5 (sore) tadi. Kalau jam 5 tadi membaik, ini lebih membaik lagi,” kata Zaki saat dihubungi.

Bahkan, lanjut Janis, Cak Nun kini sudah bisa berkomunikasi meskipun masih terbatas. “Dalam keadaan sadar, bisa berkomunikasi terbatas,” lanjutnya.

Mbah Nun—demikian panggilan akrab jemaah Maiyah untuk Emha Ainun Najib—pernah bersekolah di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, selama 2,5 tahun. Dia pernah mengenyam pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Gajah Mada (UGM), namun tak sampai lulus.

Baca Juga :   Peradaban Atlantis Berada di Wilayah Jawa Timur?

Cak Nun adalah penulis produktif, telah menulis sejak umur 16 tahun. Tulisan-tulisannya yang cerdas, bernas, menggelitik dan tandas telah dibukukan berjilid-jilid.

Cak Nun adalah sosok guru bangsa, manusia multidimensi karena kepiawaiannya dalam bidang pemikiran, sastra, seni, musik, agama, dan banyak lagi. Dia terkenal dengan kelompok gamelan Kiai Kanjeng, pengajian Padangmbulan, dan terakhir Majelis Maiyah dengan puluhan simpul di beberapa kota di Indonesia.

Budayawan Umar Kayam pernah memuji sosok Cak Nun dengan: “Emha adalah satu fenomena menarik. Dia menulis sajak, menulis esai, menulis kolom, menulis kertas seminar, dan dia ada di mana-mana di depan khalayak seminar dan berbicara juga di depan khalayak terbuka. Kadang-kadang dia menulis juga lakon-lakon drama dan sesekali ikut terlibat langsung dalam pementasan. Topik dan tema yang ditulisnya bermacam-macam, bergerak dari kesenian hingga penghayatan kehidupan beragama maupun kejadian sosial aktuil. Semua yang dikerjakannya itu nyaris dikerjakannya dalam satu tarikan nafas panjang.”

Dalam postingan akun facebook Berguru Pada Alam, Pengasuh Pondok Pesantren Rauhlatul Thalibin, KH. Mustofa Bisri atau Gus Mus pernah memberikan ungkapan sebuah sajak yang menggambarkan sosok Cak Nun:

Baca Juga :   Pemerintah 'Jungkir Balik' demi Ketahanan Pangan, Cak Nun hingga Mantan Ketua PWNU Jatim Pernah Ingatkan soal Ancaman Krisis

Cak Nun itu

Santri tanpa sarung,

Haji tanpa peci,

Kiai tanpa sorban,

Dai tanpa mimbar,

Mursyid tanpa tarekat,

Sarjana tanpa wisuda,

Guru tanpa sekolahan,

Aktivis tanpa LSM,

Pendemo tanpa spanduk,

Politisi tanpa partai,

Wakil rakyat tanpa dewan,

Pemberontak tanpa senjata,

Ksatria tanpa kuda,

Saudara tanpa hubungan darah…..”

Semoga Cak Nun segera diberikan kesembuhan paripurna dan bisa kembali memomong bangsa Indonesia.

(Wijdan)

Artikel Terkait

Leave a Comment