samudrafakta.com

Caleg PKS di Cilegon Putus Bantuan Saluran Air Bersih untuk Warga setelah Gagal Terpilih  

Warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, harus berjalan kaki sejauh 2 kilometer sambil membawa galon setelah saluran air yang biasa digunakan diputus oleh pemilik pompa air. (Dok. Istimewa/Kumparan)
CILEGON—Seorang calon anggota legislatif (caleg) DPRD Kota Cilegon, Banten, bernama Sumedi Manasik, memutuskan bantuan saluran air bersih untuk warga Kampung Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Cilegon, setelah gagal terpilih. Caleg Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu beralasan sudah tak sanggup menanggung biaya operasional bantuan gegara duitnya habis buat nyaleg.

Pada 12 Maret 2024—tepat di hari pertama Ramadhan 1445 H—beredar foto-foto warga Kampung Cisuru yang sedang berjalan sembari membawa galon kosong. Menurut narasi yang beredar bersama foto-foto tersebut, warga tersebut harus kaki hingga 2 kilometer (km) untuk mencari air bersih setelah saluran air untuk kampung mereka diputus oleh pemilik pompa atau sumur bor yang menjadi sumber air bersih. 

Menurut salah seorang warga Cisuru, Misnawati (35),  pemilik pompa air itu adalah Sumedi Madasik, caleg gagal dari PKS. Sumedi memutus saluran air pada 18 Februari 2024 lalu, atau empat hari setelah pencoblosan. 

“Semenjak itu kami dan keluarga lain harus mengambil air di sumber mata air,” kata Misnawati, Selasa (12/3/2024), dikutip dari Kumparan. 

Baca Juga :   Gus Yahya Singgung Cak Imin ‘Tidak Menang’, Timnas Amin: Ya Enggak Apa-Apa

Misnawati menambahkan, warga sempat meminta agar Sumedi mengalirkan lagi air ke rumah-rumah warga. Namun, kata dia, Sumedi mengaku tak sanggup karena sudah tidak punya biaya untuk mengoperasikannya. 

“Sudah musyawarah, namun buntu. Tidak ada solusi. Pak Sumedi keukeuh (memutus aliran air),” jelas Misnawati. 

Misnawati (35), salah satu warga Kampung Cisuru. (Dok. Istimewa/Kumparan)

“Kampung kami di dataran tinggi,” lanjut Misnawati, “sehingga kami agak kesulitan (mendapat air bersih). Terlebih kalau musim kemarau. Kami harus mencari air ke landoh (bawah), itu (jaraknya) hampir 4 — 5 kilometer jauhnya untuk mendapat air bersih, tak jarang harus rebutan.”

Karena kondisi itulah, kata Misnawati, pada tahun 2019 lalu warga meminta bantuan kepada Sumedi agar sumur pompa miliknya dialirkan ke kampung Cisuruh. Waktu itu Sumedi belum nyaleg. 

“Pak Sumedi setuju, dengan kesepakatan warga membayar Rp5.000 per kubikasi. Warga juga setuju. Namun, tahun ini Pak Sumedi nyaleg dari PKS, dan di TPS kami itu suaranya tidak sesuai harapannya. Makanya, aliran air dari pompa miliknya diputus,” terang Misnawati.

Baca Juga :   Prihatin Demokrasi yang Dinilai Tak Beretika, Alumni dan Sivitas Akademika UIN Jakarta Sampaikan Pernyataan Sikap soal Pemilu 2024
Perolehan Suara Mengecewakan, Duit Habis

Berdasarkan hasil penghitungan suara di Kecamatan Pulomerak, Sumedi gagal lolos ke parlemen Kota Cilegon lantaran hanya mendapat 635 suara. Di Cisuruh, dia hanya mendapatkan 63 suara suara dari 140 warga yang masuk dalam daftar pemilik tetap atau DPT—atau hanya dapat 45 persen.   

Kendati demikian, Sumedi membantah jika dia memutuskan saluran air untuk warga karena gagal lolos ke parlemen dan hanya mendapat sedikit dukungan dari warga Cisuruh. Kata dia, pemutusan saluran dilakukan berdasarkan kesepakatannya dengan warga terkait solusi biaya operasional penyaluran air.  

Artikel Terkait

Leave a Comment