samudrafakta.com

Anti-Radikalisme Sejak Dalam Pikiran

Deradikalisasi Polisi di Bumi Papua

Tarekat Shiddiqiyyah tidak hanya aktif menanamkan semangat cinta tanah air untuk internal peserta didiknya. Mereka juga aktif mengampanyekan wacana serupa di luar pagar pesantren. Ketika ramai isu bahwa internal Kepolisian Republik Indonesia (Polri) disusupi oleh paham radikal, pihak Shiddiqiyyah dilibatkan untuk menanggulanginya.

Sekadar informasi, pernah berkembang kabar bahwa dalam tubuh Polri ada sebuah kelompok kegiatan keagamaan bernama Polisi Cinta Sunnah (PCS). Kegiatan tersebut disinyalir menyebarkan ajaran Salafi Wahabi yang cenderung mengajarkan radikalisme, ekstremisme, dan terorisme. Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri juga pernah menangkap dua anggota Polda Lampung karena diduga menyuplai senjata api untuk kelompok teroris. Kedua anggota itu disinyalir anggota PCS.

Untuk mengantisipasi agar penetrasi ajaran tersebut tidak semakin mengakar di tubuh institusi, Polri melakukan screening kepada personelnya. Upaya ini untuk mendeteksi secara dini, apakah ada oknum polisi terlibat jaringan terorisme.

Terkait upaya bersih-bersih tersebut, Polri pernah menyelenggarakan program Pembinaan dan Pelatihan Penguatan Nilai-Nilai Kebangsaan Bintara Afirmasi Otsus di Polda Papua Barat pada tahun 2019 dan program Pendidikan Karakter Bangsa Binlat Pra Bintara Noken Polri Tahun pada tahun 2020 di Polda Papua.

Baca Juga :   Memahami Sejarah Kemerdekaan untuk Hindari Dosa Politik

Program pendidikan karakter bagi calon Bintara Polri dari putra daerah Papua itu diadakan untuk menanamkan wawasan kebangsaan terhadap calon anggota Polri. Program ini adalah sebuah terobosan baru, yang baru pertama kalinya diadakan di Indonesia.

Polri melibatkan Tarekat Shiddiqiyyah dalam program tersebut. Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Persaudaraan Cinta Tanah Air (PCTA) Indonesia Kediri, Kushartono, didaulat menjadi salah satu tenaga ahli dalam program bertajuk “Pendidikan Karakter Bangsa Binlat Pra Bintara Noken Polri Tahun 2020” itu.

Sekadar informasi, PCTA Indonesia adalah organisasi yang dibentuk oleh Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah KH. Muchtar Mu’thi, yang mengemban tugas untuk menjalin komunikasi dan kerukunan lintas-agama. Semacam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) yang dibentuk oleh pemerintah.

Program yang digelar di Sekolah Polisi Negara (SPN) Papua itu berlangsung selama 59 hari, sepanjang 15 September – 10 November 2020. Pendidikan diikuti 272 siswa Pra Bintara Noken Polri putra asli Papua. Materinya adalah pelatihan karakter kebangsaan. Pendidikan yang berlangsung selama dua bulan itu dibagi dalam dua tahap, yaitu tahap pengondisian dan tahap pemantapan. Tahap pengondisian berlangsung selama 9 hari, dilanjutkan dengan tahap pemantapan selama 46 hari.

Baca Juga :   Cinta Tanah Air Itu Berwujud Kegiatan Filantropi
Program “Pendidikan Karakter Bangsa Binlat Pra Bintara Noken Polri Tahun 2020” di Polda Papua, tahun 2020. (Dok. Majalah Al-Kautsar)

Kabag Diapers Rodalpers SSDM Polri ketika itu, Kombes Langgeng Purnomo, dalam acara pembukaan program pada 15 September 2020 mengatakan, “Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila Dasar Negara Republik Indonesia adalah konsensus nasional yang sudah final. Inilah sumber segala sumber yang kita gali untuk pendidikan karakter ini. Inilah kitab sucinya NKRI.”

Sementara itu, menurut Kushartono, kunci pendidikan karakter dalam program tersebut ada pada aline 3 Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur”. “Inilah metode pokok (pendidikan karakter) yang kami pakai. Metode ini menggunakan keyakinan akan adanya berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan usaha maksimal menurut kemampuan, yang merupakan aplikasi dari keinginan luhur,” ujar Kushartono.

Output pendidikan karakter bangsa ini, menurut Kushartono, adalah bagaimana bisa terbangun jiwa dan mindset asli NKRI dan asli merah putih pada Bintara Noken, sehingga karakter kebangsaan mereka menjadi kuat. Dengan demikian, nantinya mereka diharapkan terlibat aktif dalam upaya menanggulangi radikalisme dan separatisme.

Baca Juga :   Membangun Hati, Melawan Narkolema

Kushartono menyiapkan modul pembinaan dan pelatihan (binlat) setebal 800 halaman untuk program tersebut. Seluruh materi dalam modul disusun untuk membangun kesadaran dan menghidupkan “mesin” kebangsaan dalam jiwa siswa. “Kami hanya menghidupkan ‘mesin’ dan memberikan simulasi agar siswa lebih mudah mengerti apa itu karakter dan bagaimana membangunnya. Setelah mesin kesadaran dalam jiwanya hidup, otomatis anak itu bisa membangun karakternya sendiri. Dan seiring waktu, karakter itu akan terbentuk dengan sendirinya,” ujar Kushartono.

Program “Pendidikan Karakter Bangsa Binlat Pra Bintara Noken Polri Tahun 2020” di Polda Papua, tahun 2020. (Dok. Majalah Al-Kautsar)

Artikel Terkait

1 comment

Agama Bukan Candu, Tetapi Booster Kemandirian Ekonomi – samudrafakta.com 28 Februari 2023 at 15:27

[…] Anti-Radikalisme Sejak Dalam Pikiran […]

Reply

Leave a Comment