Menelusuri pasar di pagi hari sudah biasa. Blusukan ke pasar malam hari? Tentu membawa sensasi yang berbeda. Apalagi jika ada citarasa unik yang tersembunyi di dalam pasar itu, yang akan memanjakan lidah Anda dengan pedas-gurih yang tak biasa. Penasaran?
Datanglah Pasar Jombang selepas pukul 7 malam. Di situ Anda akan menjumpai Warung Jula Juli, atau yang lebih dikenal dengan “Warung Sate Kampret”. Warung sudah mulai terlihat mulai sibuk meskipun baru buka belum kurang dari 10 menit. Meja-meja mulai ditata di depan teras warung lain yang tutup sejak siang.
Yang datang ke situ bukan hanya penikmat kuliner lokalan saja. Pemburu kuliner luar kota juga banyak berdatangan. Sebagian dari mereka ada yang datang karena kehabisan m di kunjungan sebelumnya. Ada juga yang memang penasaran sejak lama tentang keunikan sate kampret khas kota Jombang.
Setiap pengunjung yang datang langsung disambut pelayan, yang menanyakan jumlah orang yang akan makan di tempat atau jumlah pesanan yang dibawa pulang. Pengunjung akan ditawari pilihan antara “sate nyam-nyam” alias tidak pedas atau “sate kampret original” yang terkenal dengan cita rasa pedasnya yang cukup ekstrim.
Sebagai menu pendamping, pengunjung disajikan berbagai pilihan, seperti nasi urap, nasi pecel, nasi kare, nasi rawon, dan yang suka dengan tantangan bisa pilih nasi lodeh yang pedasnya menggigit.
Kemepul asap bakaran sate mendominasi suasana bersantap para pengunjung setiap malamnya. Aroma gurih sate yang terpanggang menggelitik indra penciuman, bikin siapa saja tak sabar untuk segera mencicipinya. Pelayanannya cepat dan ramah. Setiap pelayan memiliki jobdesc masing-masing, sehingga pengunjung yang datang tidak akan menunggu terlalu lama sampai sate tersaji di hadapan mereka.
Penamaan “kampret” bukan merujuk pada binatang malam, tapi ini adalah ungkapan “kaget” saat gigitan pertama daging sate ini menyapa lidah penikmatnya. Pasalnya, pedasnya sate ini tidak main-main. Untuk sate nyam-nyam yang katanya tidak pedas saja, masih sangat terasa pedas di lidah bagi standar lidah orang Indonesia. Jadi, kebayang rasa orisinal si sate kampret kan?
Satu tusuk sate terdiri dari tiga potongan daging dan gajih sapi berukuran besar. Daging-daging yang sudah berbalut bumbu dan ditusukkan pada tusukan sate ini kemudian dibakar hingga matang. Karena sudah berbalut bumbu rempah komplet saat dipanggang, sate kampret tidak memerlukan bumbu lainnya lagi saat disajikan—yang pada sate lain biasanya ditambah bumbu kecap atau kacang. Cukup dengan nasi kuah rawon jika ingin mendapatkan sensasi segar gurih, ingin rasa yang lebih creamy bisa pilih nasi kare, atau yang ingin lebih menantang pedasnya bisa pilih nasi lodeh.
Dagingnya empuk dengan balutan bumbu yang cukup tebal. Rasa pedas sate kampret ini menggigit secara pelan-pelan hingga meninggalkan after taste atau jejak pedas dan panas di lidah. Tetapi justru sensasi pedas ini yang bikin penikmat sate kampret tidak bisa berhenti mengunyah walau sebentar. Satu tusuk sate kampret dibandrol Rp5.000. Tidak ada minimal berapa tusuk sate yang ingin dipesan.
Untuk Anda yang tak bisa datang ke Sate Kampret di dalam pasar, warung sate ini juga melayani pelanggan di rumahnya, mulai dari jam 10 pagi hingga jam 4 sore. Tetapi, jika Anda mencari kuliner malam yang unik dan menantang, pastikan Anda mencicipi sate kampret yang di dalam pasar. Kios mereka buka mulai pukul 7 malam hingga habis.
Semakin malam, pengunjung yang datang semakin banyak. Berjajar kendaraan di pinggiran pasar semakin ramai. Jika Anda ingin mengunjungi Warung Jula Juli malam ini, sebaiknya tidak terlalu malam agar Anda masih bisa kehabisan stok dan berkesempatan merasakan sensasi pedas menggigit sate kampret. (SF | Septia)
—————————
Warung Jula Juli | Jl. Seroja (Dalam Pasar Citra Niaga), Jombang
Warung Sate Kampret Rumah | Ds. Balongbesok Rt 4 Rw 2, Diwek, Jombang
