samudrafakta.com

Sunan Muria (2): Wali Pecinta Lingkungan dan Peruwat Bumi

Sunan Muria adalah wali yang sangat memperhatikan kelestarian lingkungan. Ia banyak memberikan ajaran kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dengan mengajarkan cara meruwat bumi.  

Sunan Muria tak hanya mendakwahan ibadah mahdlah atau ritual saja, tetapi juga mengajarkan bagaimana cara merawat dan mencintai alam. Dia selalu menekankan bahwa manusia diciptakan di bumi ini sebagai pemimpin (khalifatul fil ardhi), yang tugas utamanya adalah mengelola alam—yang mana aktivitas ini juga bisa dimaknai sebagai ibadah.

Khalifah yang dimaksud Sunan Muria itu dimaknai sebagai pemimpin, bukan penguasa. Dengan membawa makna tersebut, maka tugas manusia adalah mengelola alam secara arif dan bijaksana, bukan mengeksploitasi secara serampangan. Sunan Muria juga mengajarkan bahwa petani harus mengedepankan sisi humanisnya ketika sedang bertani, sehingga tidak muncul sifat serakah pada dirinya, yang mana keserakahan itu bisa memusnahkan kehidupan makhluk hidup lainnya.

Sunan Muria juga mengajarkan tradisi guyang cekathak atau tradisi meminta hujan. Tradisi ini dijalankan dengan mencuci—dalam bahasa Jawa disebut guyang—pelana kuda milik Sang Sunan. Ritual ini biasanya dilakukan pada Jumat Wage di musim kemarau, sekitar bulan Agustus-September.

Baca Juga :   Sunan Kudus (3): Panglima Perang Demak yang Diliputi Kontroversi

Guyang cekathak digelar di dekat Sendang Rejoso, di kawasan Gunung Muria. Ritual ini memiliki tujuan agar air Sendang Rejoso tidak kering. Hingga saat ini, Sendang Rejoso selalu dialiri air, tak pernah kering kendati musim kemarau berlangsung sangat panjang.

Di Gunung Muria bisa ditemukan buah parijoto atau medinila speciosa—buah berukuran sebesar kacang tanah, berwarna merah muda ketika mentah, dan berwarna hitam jika sudah matang, serta rasanya asam. Buah ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Kudus dan sekitarnya karena dipercaya dapat meningkatkan kesuburan hormonal pada wanita dan menjaga fisik janin di dalam kandungan. Buah ini menyimpan kiasan makna atas apa yang disebutkan oleh Nabi Muhammad Saw. sebagai jintan hitam dan madu lebah (QS. An-Nahl: 68-89).

Menurut Sunan Muria—yang diyakini oleh masyarakat—parijoto mirip dengan jintan hitam yang dimaksud Nabi Muhammad itu, terutama dalam hal kandungan gizi dan kesehatan. Sunan Muria mengajarkan agar buah parijoto tidak hanya dikonsumsi, tetapi juga dilestarikan—apalagi bila mengingat khasiatnya yang luar biasa. Maka dari itulah sekitar makam Sunan  Muria tumbuh banyak sekali buah parijoto.

Baca Juga :   Sunan Ampel (2): Menempuh Jalan Dakwah Kreatif
Buah parijoto yang diwariskan Sunan Muria, diyakini memiliki kesamaan dengan jintan hitam yang pernah dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. (SF)

Artikel Terkait

Leave a Comment