samudrafakta.com

Sejarah Haji, Antara Ritual dan Festival Seni

Landkap Kota Mekkah, di mana prosesi ritual Islam dan seni digelar akbar setiap tahun di sini. FOTO: Canva
MEKKAH—Jazirah Arab, terkhusus Kota Mekkah, adalah wilayah yang sangat penting untuk dibicarakan dalam konteks “qablah risalah” (sebelum kedatangan Islam) dan “fathu Mekkah” (saat menerima Islam). Kota ini merupakan satu-satunya di daerah Arab yang belum pernah dijajah oleh kerajaan mana pun.

Hal ini terjadi, selain tanahnya yang gersang, tandus dan kurang strategis, juga dilatarbelakangi kondisi sosial dengan tingkat kesukuan yang amat kuat. Sehingga kerajaan mana pun akan berpikir dua kali untuk menaklukannya.

Pada awalnya Mekkah dikuasai suku Amaliqah, kemudian pindah tangan ke suku Jurhum. Di masa akhir kekuasaan suku Jurhum inilah Nabi Ibrahim As. datang ke Mekkah bersama istrinya, Hajar, dan putra mungilnya Ismail, yang kemudian mengubah kondisi yang gersang menjadi subur, berkat air zam-zam, kemudian menetap di sana.

Kelak, setelah Ismail cukup umur, ia menikah dengan salah seorang putri pembesar suku Jurhum, kemudian dari sinilahlahir bani Ismail, dan salah satu keturunannya adalah Nabi Muhammad Saw.

Sebagaimana cerita yang sering kita dengar, selanjutnya keluarga itu mendirikan bangunan berbentuk kubus bernama Kakbah sebagai pusat peribadatan agama tauhid. Proses perpindahan Mekkah dari gersang menuju subur ini terjadi berkat serangkaian kisah ajaib berupa air zam-zam.

Baca Juga :   Syekh Datuk Kahfi: Ulama Satu Angkatan Syekh Quro, Guru Sunan Gunung Jati

Penduduk Mekkah pub menjadikan Kakbah dan sekitarnya menjadi tempat suci dan keramat. Karena itu, hampir semua kerajaan menaruh hormat dan menghargai keberadaannya, kecuali satu kerajaan, yaitu Habasyah, dengan rajanya Abrahah al-Asyram. Abrahah berusaha menaklukkan Mekkah dan Kakbah, namun gagal karena serangkaian kisah yang ajaib pula, dengan datangnya burung ababil sebagai pasukan Tuhan. (Syed Amir Ali, The Spirit of Islam, 125).

Karena serangkaian kisah heroik dan mistis itu, keadaan Mekkah begitu terkenal, hingga pada suatu waktu datanglah suku Khuza’ah dari Negeri Yaman dengan jumlah pasukan yang sangat besa  berhasil merangsek keberadaan suku Jurhum yang sudah eksis berabad-abad. Tentu yang menjadi motif, utama selain Kakbah sebagai pusat peribadatan, juga motif ekonomi, yaitu Mekkah sebagai pusat perdagangan. Tetapi suku Khuza’ah ini tak lama menguasai Mekkah, sebab suku Quraisy datang menggantikan.

Suku Quraisy ini adalah keturunan dari bani Ismail yang terkenal dengan sebutan Bani Adnan. Dari Bani Adnan inilah muncul nama Fihr Ibnu Malik yang disebut Quraisy, dan salah satu dari keturunannya lahir Qusai Ibnu Kilab. Tokoh inilah yang merebut Mekkah dari tangan Khuzu’ah, kemudian estafet diteruskan oleh Abdul Muthalib, yaitu kakek Nabi Muhammad—tokoh besar yang begitu dihormati.

Baca Juga :   Sumbu Kosmologis Yogyakarta: Pengingat Relasi Antara Tuhan, Manusia, dan Alam Semesta   

Abdul Muthalib berprofesi sebagai Siqya, yaitu pelayan Kakbah dan kota suci Mekkah. Sejak suku Khuza’ah menetap di Mekkah hingga estafet kepemimpinan berganti ke suku Quraisy inilah masyarakat Arab pada umumnya telah berjibaku dengan dunia seni, terutama seni sastra (syair; puisi) dan seni rupa.

Artikel Terkait

Leave a Comment