samudrafakta.com

Media Asing Bahas Masa Lalu Prabowo, Singgung Penghilangan Paksa Aktivis

JAKARTA—Media asing The Economist menyoroti dunia perpolitikan di Indonesia, dengan membahas masa lalu calon presiden (capres) nomor urut dua, Prabowo Subianto. Redaksi The Economist membahasnya dalam artikel berjudul The favourite in Indonesia’s presidential election has a sordid past. Artikel itu sendiri terbit 11 Januari  lalu.

Dalam artikel tersebut, media berbasis Inggris tersebut blak-blakan membandingkan masa lalu antara ketiga capres, namun  secara khusus menekankan bahwa Prabowo memiliki masa lalu yang dinilai cukup buruk. Mereka bahkan membandingkan Prabowo dengan Benito Mussolini, ditaktor Italia.

“Yang lebih meresahkan lagi adalah catatan pra-reformasi yang dimiliki oleh Prabowo. Ia mempunyai hubungan erat dengan rezim Soeharto yang telah didiskreditkan; dia pernah menikah dengan putri diktator,” demikian laporan The Economist, dikutip Rabu (17/1/2024).

The Economist menulis Prabowo merupakan seorang perwira yang kemudian menjadi komandan Kopassus—pasukan khusus yang ditakuti oleh tentara. Ia kemudian dikaitkan dengan pelanggaran yang dilakukan di Timor Timur, seperti yang dijelaskan secara rinci oleh Pat Walsh dari Inside Indonesia, sebuah publikasi online Australia.

Baca Juga :   Mengulik Sejarah Pemilu Pertama Kali Digelar di Indonesia

“Negara bekas jajahan Portugis ini, yang diinvasi oleh Indonesia pada tahun 1975, mengupayakan dan meraih kemerdekaan sebagai Timor-Leste pada tahun 2002,” kata laporan itu.

“Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi menemukan bahwa angkatan bersenjata Indonesia, dan khususnya Kopassus, bertanggung jawab melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan selama pendudukan. Pasukan di bawah komando Prabowo melakukan pembantaian. Prabowo juga bertanggung jawab untuk melatih proxy lokal yang kejam dan melakukan banyak pekerjaan kotor tentara. Mantan jenderal itu membantah melakukan kesalahan,” jelas media tersebut.

The Economist juga menulis Prabowo terlibat dalam melawan protes massa untuk menggulingkan Soeharto pada tahun 1998. Dia, menurut The Economist, mengorganisir penculikan 23 aktivis demokrasi, di mana 13 di antaranya masih hilang hingga kini.

Dewan militer, tulis The Economist, memutuskan Prabowo bersalah atas penculikan tersebut dan memecatnya dengan tidak hormat. Dia bahkan sudah lama dilarang memasuki Amerika, tetapi Presiden Donald Trump mencabut larangan tersebut pada tahun 2020.

“Dikenal memiliki temperamen yang meledak-ledak, Prabowo telah mengalami perubahan. Setelan safari bergaya diktatornya sudah tidak ada lagi dan digantikan dengan pakaian bisnis, didukung oleh kampanye media sosial yang cerdik, ia ingin para pemilih mengenalnya sebagai sosok yang menggemaskan. Favorit dalam pemilihan presiden Indonesia memiliki masa lalu yang buruk dalam kampanye media sosial yang cerdik, ia ingin para pemilih mengenalnya sebagai seorang kakek yang menggemaskan,” jelas laporan itu.

Baca Juga :   Hasto Ajak ‘Hadapi Tekanan’ Bersama, Anies-Muhaimin Tanggapi Lain

“(Akibatnya) Pemilih muda hanya tahu sedikit tentang masa lalu kelamnya; pers dan televisi Indonesia jarang menyebutkannya,” tambah The Economist.❍


FOTO: Dokumentasi Prabowo.

Artikel Terkait

Leave a Comment