samudrafakta.com

Kenapa Batu Blenang Tol Cipali Tak Bisa Dipindahkan?

Batu Blenang di pinggit jalan Tol Cipali yang tak bisa dipindahkan. FOTO: Dok. Samudra Fakta
JAKARTA—Jika Anda melintasi Tol Cikampek-Palimanan (Cipali) Km 182, Anda akan mendapati suatu benda bertengger di atas beton cor, teronggok diam di tepi jalan sisi kanan dari arah Jakarta—atau sisi kiri dari arah sebaliknya. Benda itu disebut oleh warga sekitar dengan nama “Batu Bleneng”. Dibiarkan teronggok di situ karena tak bisa dipindahkan. Kok bisa?

Wilayah tempat di mana batu itu teronggok berada di sebuah bukit bernama Bukit Salam, yang dipapras untuk dijadikan jalan tol. Di sekitar lokasi tersebut, bukit dipapras, kanan-kiri jalan tol dirapikan dengan cara dicor, tetapi batu itu tetap teronggok di pinggir beton cor, seolah tak tersentuh. Otomatis, keberadaannya tampak mencolok.

Menurut Ijah, warga Desa Walahar, Blok Kalimati, Kecamatan Ciwaringan, Kabupaten Cirebon—sebagaimana dikutip oleh beberapa media beberapa waktu lalu, dikutip Kamis (25/4/2024), saat tol Cipali dikerjakan, ada peristiwa yang tidak masuk akal terjadi.

Sopir alat berat backhoe yang diperintah atasannya untuk menghancurkan Batu Bleneng tewas di atas backhoe yang tengah dioperasikannya. Selain itu, menurut Ijah, banyak kejadian lain yang tak kalah aneh ketika batu tersebut hendak dipndahkan. Maka dari itu, kata Ijah, Batu Bleneng dibiarkan terus bertengger di tepi tebing.

Jalan tol pun terpaksa dibelokkan karena batu itu tidak bisa dihancurkan.

“Batu itu sudah ada sejak saya kecil, saya berharap batu itu jangan diusik demi keselamatan kita semua,” katanya. Ijah khawatir jika batu dihancurkan, jin penunggu batu akan semakin marah, dan memakan banyak tumbal.

Penduduk setempat mempercayai legenda terkait keberadaan batu tersebut. Konon, menurut legenda setempat, batu tersebut merupakan tanda asal muasal pulau Jawa dijadikan pemukiman. Ada juga yang bilang batu itu peninggalan orang zaman dahulu yang sengaja ditaruh di situ untuk menutup mata air berlumpur yang dapat membuat banjir kawasan tersebut pada masa lalu.

Desa tempat di mana batu berada itu bernama Walahar. Nama “Walahar” dipilih karena, menurut keterangan penduduk setempat, dahulu di tempat itu ada sumber mata air lahar yang keluar dari dalam kerak bumi, seperti lumpur Lapindo di Sidoardjo Jawa Timur. Menurut legenda, laharnya keluar terus tanpa henti.

Leave a Comment