samudrafakta.com

Jejak Kuliner Nusantara: Menjelajahi Waktu, Jadi Media Diplomasi Budaya

Indonesia tak hanya kaya sumber daya dan pemandangan alam, tetapi juga dilimpahi khazanah kuliner yang luar biasa. Banyak sekali kuliner yang tak cukup untuk dituliskan secara singkat, tersebar dari Sabang hingga Tanah Papua. Resep masakan Indonesia bahkan berhasil menjelajahi waktu yang begitu panjang.

 

Dosen Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Fadly Rahman—sebagaimana dituliskannya dalam laman resmi Unpad—menerangkan jika kuliner Indonesia memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang.

Keberagaman kuliner Nusantara sendiri tak hanya terbentuk dari unsur lokal, tetapi juga disebabkan oleh pengaruh dari luar. “Kita bisa belajar sejarah dari makanan,” ujar Fadly, dikutip dari laman Unpad, Rabu, 14 Juni 2023.

Menurut akademisi yang menggeluti sejarah kuliner Indonesia ini, catatan resep negeri ini banyak disebutkan dalam naskah kuno Nusantara. Dalam catatan itulah ketahuan jika kuliner Nusantara—seperti pecel, sambal, rawon, kerupuk, hingga dawet—ternyata sudah ada sejak abad ke-10 Masehi. Menu-menu itu pun masih eksis hingga kini dan tetap dikonsumsi masyarakat Indonesia.

Baca Juga :   Mengunjungi Warung Mbok Yem, Solusi bagi Pendaki Puncak Lawu

Soal catatan resep, menurut Fadly, ada perbedaan antara dokumentasi kuliner Nusantara dengan kuliner luar. “Negara-negara dengan tradisi kuliner yang sudah maju didasarkan atas kuatnya tradisi untuk mencatat resep makanan. Berbeda dengan Indonesia, tradisi mencatat resep tidak dilakukan oleh para leluhur. Naskah kuno hanya mencantumkan nama-nama makanannya saja,” terang Fadly.

Diwariskan dengan Jalur Lisan

Meski resep kuliner Nusantara tak tercatat dengan baik seperti di luar negeri, bukan berarti olahan leluhur tersebut tidak terwariskan dengan baik hingga saat ini. Resep tua itu tetap bertahan karena kemampuan masyarakat Indonesia melisankan resep secara turun-temurun.

“Ungkapan seperti ‘jangan telalu banyak garam’, ‘sedikit gula’, inilah yang membedakan tradisi kuliner kita,” jelas Fadly.

Oleh karena itu, kata Fadly, penulisan resep-resep kuliner Nusantara terbilang susah. Selain karena minim sumber tertulis, proses penulisan resep juga harus merekonstruksi berbagai sumber dari setiap zaman.

“Hal inilah yang dilakukan oleh para penulis resep di era kolonial. Mereka mendokumentasikan resep yang berkembang di masyarakat pribumi, lalu diterbitkan menjadi buku-buku masak,” imbuh Fadly.

Baca Juga :   Ini Lima Santapan Khas Natal Asli Indonesia, Nomor 5 Hanya untuk ‘Kalangan Khusus’

Artikel Terkait

Leave a Comment