samudrafakta.com

IDF dan Netanyahu Tidak Kompak soal Pembantaian Warga Palestina di Rafah

Sisa-sisa pemboman Israel di kamp pengungsu Palestina di Kota Rafah, selatan Gaza. FOTO: Reuters
JAKARTA—Tentara Israel atau The Israel Defence Forces (IDF) menyatakan bahwa operasi di Rafah yang disertai pemboman pada Ahad (26/5/2024) memang direncakan dan merupakan ‘serangan presisi’ yang berhasil menewaskan dua tokoh senior Hamas. Di sisi lain Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan ke Rafah tidak direncanakan. 

Menurut keterangan resmi dari Kementerian Kesehatan di Gaza—sebagaimana dikutip berbagai media internasional—serangan bom IDF menyulut api, yang selanjutnya membakar tenda-tenda dan tempat penampungan sementara para pengungsi. Serangan terbaru IDF di kamp-kamp pengungsian di Rafah ini menyulut kemarahan dunia internasional.

Terkait serangan tersebut, IDF secara resmi menyatakan tengah melakukan evaluasi. Mereka juga menegaskan bahwa serangan di Rafah telah direncanakan. Sementara itu, berbeda dengan IDF, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut serangan udara di kamp pengungsi Rafah sebagai ‘kesalahan tragis’. Dalam pernyataannya, Netanyahu menyiratkan bahwa pemboman Rafah pada Ahad bukan sesuatu yang direncanakan sebelumnya.

“Di Rafah kami telah mengevakuasi sekitar satu juta warga sipil. Namun tragis, di tengah upaya kami mencegah jatuhnya korban dari warga sipil, insiden terjadi kemarin. Kami secara menyeluruh menginvestigasi dan akan belajar dari insiden itu,” ujar Netanyahu, dalam pernyataan resminya yang dirilis kantor PM Israel, Senin (27/5/2024).

Baca Juga :   Seluruh Dunia Mendukung Palestina, Artis Tanah Air dan Internasional Kompak Gemakan "All Eyes on Rafah" di Media Sosial

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengutuk serangan Israel terhadap kamp pengungsi di Rafah itu. “Saya mengutuk tindakan Israel yang menewaskan puluhan warga sipil tak berdosa yang hanya mencari perlindungan dari konflik mematikan ini,” kata Guterres melalui akun media sosial X-nya, Senin (27/5/2024).

Guterrez menambahkan bahwa sudah tidak ada tempat yang aman di Gaza. Untuk itu, dia meminta agar kengerian tersebut diakhiri. Lembaga PBB yang mengurusi pengungsi Palestina, UNRWA pun mengibaratkan kondisi Jalur Gaza pada Senin (27/5/2024) pasca-serangan Israel bak ‘neraka di dunia’.

“Informasi yang datang dari Rafah tentang serangan Israel terhadap para warga yang mencari perlindungan sangat mengerikan,” demikian pernyataan UNRWA, dikutip Rabu (29/5/2024). “Dilaporkan korban tewas termasuk dari kalangan anak-anak dan perempuan,” lanjut pernyataan tersebut.

Sementara itu, pada Senin (27/5/2024) Gedung Putih mendesak Israel agar mengambil langkah antisipasi yang memungkinkan untuk melindungi warga sipil, menyusul serangan udara mematikan terhadap kamp pengungsi di Kota Rafah, Gaza.

Artikel Terkait

Leave a Comment