samudrafakta.com

Brasilia Menginspirasi Sukarno untuk Memindahkan Ibu Kota Negara

Brasilia, Ibukota Brasil, menghadirkan menginspirasi bagi Sukarno. Keindahan kota yang mulai dibangun tahun 1957 itu mengilhaminya dalam menggagas pemindahan ibukota Indonesia.

 

Sebagaimana dikutip dari buku Dunia dalam Genggaman Bung Karno Jilid 2, karya Sigit Aris Prasetyo, awalnya Sukarno bermimpi Jakarta bakal jadi mercusuar dunia, sebagai penerang umat manusia yang memimpikan terwujudnya tatanan dunia baru dengan perdamaian dunia abadi tanpa adanya eksploitasi antar-sesama manusia. Tetapi, pembangunan Brasilia—sebagai pengganti Rio de Janeiro—menginspirasinya untuk merelokasi ibukota dari Jakarta ke wilayah lain yang dianggapnya lebih pas.

Jakarta—dulu Batavia—menurut Sukarno identik dengan simbol-simbol imperialisme atau kolonialisme Belanda. Sukarno ingin memutus matarantai sejarah kelam kolonialisme dengan membangun ibukota baru yang lebih mencerminkan wajah baru Indonesia. Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah, disebut Sukarno sebagai salah satu opsi.

Sukarno untuk pertama kalinya menjejakkan kakinya di Brasil pada pertengahan bulan Mei 1959, setelah Juscelino Kubitschek, presiden ke-21 Brasil, mengirimkan sepucuk undangan khusus agar ia berkunjung di negerinya. Undangan disambut gembira Sukarno, yang kemudian memasukkan Brasil dalam rangkaian kunjungan ke negara-negara Amerika Latin.

Baca Juga :   Sukarno Lahir Tahun 1902 di Ploso, Jombang

Pesawat PaNam yang ditumpangi Sukarno mendarat mulus di Bandara Galeao, siang hari tanggal 17 Mei 1959. Senyumnya mengembang saat melihat Presiden Juscelino Kubitschek menyambutnya langsung. Keduanya berjabat tangan dan berpelukan, seperti sepasang teman lama yang lama tak berjumpa. Sukarno berada di Brasil dari tanggal 17-21 Mei 1959.

Presiden Sukarno disambut Presiden Juscelino Kubitschek di Bandara Galeao, Rio De Janeiro, Brasil, Mei 1959. (Dok. Istimewa)

Sukarno punya beberapa agenda penting di Brasil. Salah satunya untuk mempengaruhi elite politik di Brasil agar masuk dalam barisan pemimpin-pemimpin dunia yang menentang imperialisme dan kolonialisme. Sukarno juga ingin memperkenalkan kebijakan negara-negara Non Blok yang tidak memihak salah satu blok yang terlibat seteru dalam Perang Dingin.

Lawatan Sukarno di Brasil adalah manuver cantiknya untuk merangkul Brasil—yang secara ideologi masuk dalam pengaruh negara-negara Barat, khususnya AS. Hubungan Sukarno dengan para pemimpin AS, khususnya Presiden D. Eisenhower dan Menlu Dulles, memanas saat dia berkunjung ke Brasil itu. Namun, Sukarno dengan cerdik merangkul pemimpin Brasil yang notabene pro-AS.

Artikel Terkait

Leave a Comment