samudrafakta.com

71 Tahun Cak Nun: Sang Perajut ‘Cinta Segitiga’ antara Tuhan, Nabi, dan Manusia

Cak Nun dan almarhum Buya Kamba. FOTO: Dok. Istimewa
JAKARTA—Bagi  yang mengenal atau berguru pada Muhammad Ainun Nadjib—yang biasa dikenal Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun atau Mbah Nun—tanggal 27 Mei adalah hari spesial. Pada tanggal itu, tahun ini, founder sekaligus Marja’ Komunitas Maiyah memperingati harlah ke-71. Sang perajut ‘cinta segitiga’ antara Tuhan, Nabi, dan manusia.

Cak Nun, Sang Marja’ Maiyah, lahir di Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur pada 27 Mei 1953. Guru besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Jati Bandung, almarhum Prof. Dr. Muhammad Nursamad Kamba—yang akrab disapa Buya Kamba—punya pandangan yang sepertinya cukup akurat tentang Cak Nun.

Semasa hidupnya, Buya Kamba tampak sangat takzim kepada Cak Nun. Begitu pun sebaliknya Cak Nun kepada Buya Kamba. Keduanya bisa dikatakan sefrekuensi, cocok, nyambung. Mereka bahu-membahu ‘mengasuh’ ribuan jamaah Maiyah yang rindu kedamaian.

Barangkali relasi antara Cak Nun-Buya Kamba itu sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw. dalam sebuah hadits: “Roh-roh itu laksana tentara yang berkumpul, maka yang saling mengenal daripadanya niscaya menyelaraskan (mudah bergaul atau saling menyesuaikan) dan yang bertentangan daripadanya, niscaya saling menyelisihi (berseberangan)”.

Baca Juga :   Dikabarkan Alami Pendarahan Otak, Budayawan Emha Ainun Najib Masuk Rumah Sakit

Menurut Imam As-Suyuthi dalam kitab Syarhus Shudur, arti hadits tersebut adalah, roh itu saling mengenal sesuai dengan kebaikan dan keburukan. Kebaikan yang dimaksud hadir dalam rasa saling mengasihi dan kesesuaian.

Roh yang cocok akan saling mengenal. Begitupula sebaliknya, jika tidak cocok, akan berselisih. Jika tidak sefrekuensi, dua orang atau lebih cenderung tidak nyambung dalam berkomunikasi, tukar pikiran, bahkan tidak menemukan kenyamanan saat bersama. Dan situasi ini tidak terjadi dalam relasi Cak Nun dan Buya Kamba.

Pada awalnya Buya Kamba tidak mengenal apa itu Maiyah, Kenduri Cinta, dan juga tidak mengenal lebih jauh sosok Cak Nun. Sebelumnya dia hanya mengenal Cak Nun melalui tulisan-tulisan budayawan itu yang terbit di surat kabar, majalah, dan buku.

Momentum perkenalan keduanya dimulai saat Buya Kamba dan Cak Nun bertemu pada tahun 2003, ketika Cak Nun dan istrinya, Novia Kolopaking, dan Grup Musik Kiai Kanjeng diundang pentas di Kairo, Mesir. Saat itu Buya Kamba menjabat sebagai Atase Pendidikan dan Kebudayaan di Kedutaan Besar RI di Mesir.

Baca Juga :   Presiden Jokowi Jenguk Cak Nun

Artikel Terkait

Leave a Comment