samudrafakta.com

Sukarno dan Kuliner (1): Menerapkan Politik Pangan sebagai Manifesto Cinta terhadap Kuliner Indonesia

Podium Sukarno tidak hanya sebatas pada ranah politik, tetapi juga di ranah kuliner dan meja makan. Sukarno pernah menjalankan proyek politik untuk menjadikan Indonesia berdaulat atas pangan dan mempunyai fondasi kuat terhadap nilai-nilai kebudayaan kuliner. Proyek ambisius yang sayangnya berakhir kurang bagus bagi Bung Karno.

Presiden Sukarno terkenal sebagai pemimpin negara yang sangat cinta dan menjunjung tinggi kuliner Indonesia. Dia mencita-citakan kekayaan kuliner dan pangan Indonesia tetap berlanjut dan terjaga.

Saking cintanya dengan masakan Indonesia, Sukarno sampai memprakarsai penerbitan sebuah buku yang mendokumentasikan 1600-an resep masakan asli Indonesia berjudul Mustikarasa: Resep Masakan Indonesia Warisan Sukarno, yang diterbitkan oleh Departemen Pertanian pada tahun 1967. Salah satu buku legendaris paling komplit yang membahas kebudayaan kuliner rakyat Indonesia.

Penggarapan buku dibantu salah seorang istri Sukarno, Hartini, sejak tahun 1964. Sayangnya, akibat gerakan 30 September, pengerjaan buku terkesan terburu-buru. Pencatatan resep untuk materi buku dilakukan melalui berbagai cara yang tersedia pada masa itu, seperti melalui surat, telepon, dan kartu pos.

Baca Juga :   Bung Karno Naik Haji (4 - Habis): Mendapat Haji Akbar, Dicurigai Berhaji karena Kepentingan Politis

Selain membahas resep, buku ini juga ada kaitannya dengan krisis pangan yang terjadi pada masa itu. Bung Karno memberikan tugas langsung kepada menteri pertanian untuk memberikan rumusan-rumusan pada buku tersebut. Selain itu, terdapat beberapa kalangan yang turut mengisi buku ini, seperti pamong praja tiap desa, ahli kuliner, sampai ahli gizi.

“Resep masakan Nusantara ada semua, ada juga penjelasan terkait makanan. Jadi tidak cuma soal resep,” kata Puti Guntur Sukarnoputra—cucu Sukarno—dalam sebuah diskusi daring bertajuk “Bincang-Bincang Kuliner Kegemaran Presiden RI Ke-1” pada 16 Desember 2021.

Puti menambahkan, melalui buku Mustikarasa, Sukarno ingin masyarakat Indonesia melihat bahwa kuliner Indonesia bervariasi dan beragam, sehingga bisa menjadi bagian dari pangan dalam keluarga.

Proyek politik kuliner diharapkan menjadi pendoman bagi rakyat Indonesia agar mau menghargai kekayaan kulinernya dengan menggunakan dan mengonsumsi bahan baku lokal. Sukarno ingin menancapkan sebuah falsafah: negara yang merdeka dan berdaulat adalah negara yang mampu menjamin ketahanan pangan bagi rakyatnya, serta mampu memanfaatkan dan mengoptimalkan seluruh sumber daya pangan yang ada.

Baca Juga :   Si Jenius R.M.P. Sosrokartono [2]: Cucu Kiai Tasawuf dari Teluk Awur, Wartawan Agung, dan Santri Kiai Jombang

Proyek literatur yang disusun selama empat tahun itu akhirnya lahir dalam bentuk buku setebal 1.123 halaman. Isinya berbagai macam resep masakan Nusantara, tata cara pengolahan bahan makanan, ulasan,dan esai mengenai gizi dari sebuah makanan; tata cara memasaknya dan masih banyak lagi.

Proyek ini melibatkan tiga sarjana muda dari Akademi Pendidikan Nutrisionis, di mana mereka bertugasmengumpulkan data resep dari sumber-sumber ahli kuliner, seperti wartawan kuliner; koki di hotel ternama; restauran; warung makan tradisional; dan juga dapur rumah tangga. Tiga sarjana ini juga melakukan serangkaian cooking test untuk menguji ketepatan dan keakuratan data yang didapat dengan hasil masakan yang sesuai ekspektasi.

Artikel Terkait

Leave a Comment