Begadang bukan sekadar bikin ngantuk. Kebiasaan ini, secara klinis, terbukti meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, hingga kerusakan kulit dan otak. Dokter menyarankan tidur malam teratur, selama 7–8 jam.
__________
Bagi banyak orang, terutama kalangan muda, begadang masih dianggap hal biasa. Padahal, dampaknya terhadap tubuh jauh lebih serius daripada sekadar rasa kantuk.
Dikutip dari Alodokter (5/9), kurang tidur membuat tubuh cepat lelah dan emosi tak stabil. Kondisi ini juga bisa memicu munculnya gangguan kesehatan mental.
Dalam jangka panjang, risiko penyakit kronis meningkat drastis. Diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, hingga penyakit jantung jadi ancaman nyata bagi mereka yang terbiasa tidur larut.
Sejumlah penelitian mengungkap, orang yang kurang tidur lebih cepat mengalami kenaikan berat badan dibanding mereka yang tidur cukup. Penyebabnya sederhana: metabolisme terganggu, rasa lapar meningkat, dan pola makan jadi berantakan.
Dampaknya bukan hanya di dalam tubuh. Kulit pun ikut merasakan akibat begadang. Produksi hormon stres melonjak, kolagen rusak. Akibatnya, kulit tampak kusam, kering, muncul garis halus, bahkan lingkaran hitam di bawah mata.
Otak juga kehilangan kesempatan melakukan regenerasi sel saat tidur. Proses penting ini berfungsi menjaga daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan berpikir. Tanpa tidur cukup, jaringan otak cepat rusak dan sulit diperbaiki. Gejalanya adalah mudah lupa, mengantuk, susah fokus.
Sementara itu, Halodoc menegaskan jika pola tidur malam yang teratur adalah kunci menjaga kesehatan menyeluruh. Tidur cukup selama 7–8 jam memberi waktu bagi tubuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak. Ritme sirkadian pun terjaga seimbang.
Cahaya alami pagi hari mendukung produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur. Sebaliknya, kebiasaan buruk, seperti bermain gawai sebelum tidur, makan besar, atau minum berlebihan di malam hari, justru mengganggu kualitas istirahat.
Maka, perlu dipahami bahwa tidur bukan buang-buang waktu. Ia adalah fondasi kesehatan. Tanpa tidur cukup, tubuh, pikiran, dan bahkan penampilan perlahan terkikis.***