samudrafakta.com

Penjelasan MUI Tentang Fenomena Bunuh Diri, Banyak yang Stres Biaya Hidup Mahal di Tanah Air

JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai fenomena bunuh diri sekeluarga seperti yang terjadi di Kabupaten Malang sangat meresahkan semua kalangan.  Karena itu, bunuh diri harus dicegah dengan menguatkan keimanan dan ketakwaan yang kuat, yang diimplementasikan dalam amal ibadah sehari-hari.

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Ahmad Zubaidi mengatakan fenomena kasus bunuh diri saat ini sangat meresahkan semua kalangan. Salah satu faktor yang menjadi poin kuat seseorang melakukan tindakan bunuh diri karena putus asa dalam menghadapi tantangan di kehidupan modern.

“Di kehidupan modern ini memang menawarkan kehidupan yang memerlukan biaya tinggi, karena semua serba membutuhkan uang, untuk kehidupan sehari-hari juga membutuhkan dana tidak sedikit,” ujar Kiai Zubaidi dikutip dari MUIDigital, Senin  (18/12/23).

Kasus bunuh diri sekeluarga yang terjadi di Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, dipicu persoalan utang. Wahaf Efendi -salah satu pelaku bunuh diri-, warga Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, sempat mengeluh tidak mampu membayar utangnya yang mencapai puluhan juta rupiah.

Baca Juga :   Kantor MUI Pusat Diserang Tembakan, Pelaku Sempat Kirim Surat Ancaman

Hal ini terungkap setelah polisi terus menyelidiki dan memintai keterangan para saksi di sekitar korban dan keluarganya. “Dari saksi-saksi yang kita periksa untuk kisaran utang, saya mohon maaf hanya bisa menyampaikan capai puluhan juta rupiah,” kata Kasat Reskrim Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat dikutip dari iNews Jatim  Senin (18/12/2023).

Gandha menambahkan, saksi itu merupakan seseorang yang disebut dimintai uang untuk dipinjam korban. Tetapi Gandha tak menjelaskan detail siapa sosok yang meminjami uang kepada  guru SD negeri di Kota Malang itu.

“Intinya ada beberapa saksi yang menyampaikan bahwa yang bersangkutan punya utang kepada dirinya (saksi) kurang lebih seperti itu,” katanya. Hal ini yang diduga menjadi motif bunuh diri Wahaf Efendi dan diduga mengajak istri dan satu anaknya. Bahkan korban juga sempat menyampaikan keluh kesahnya akan ketidaksanggupan membayar utang tersebut.

Kiai Zubaidi menegaskan, pada zaman yang semakin modern ini, faktor ekonomi (rendahnya penghasilan) menjadi pemicu terkuat keputusasaan seseorang dalam menjalani hidup. Ketidakseimbangan pengeluaran dan penghasilan yang diperoleh juga menjadi faktor kuat yang mendorong seseorang memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Baca Juga :   Aktor Film Parasite Lee Sun-kyun Ditemukan Tewas Bunuh Diri

“Saat ini, banyak orang-orang yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, atau tidak mempunyai penghasilan tetap, bahkan tidak mempunyai penghasilan sama sekali. Di zaman sekarang, ketika seseorang sudah terpuruk, tidak mempunyai dana atau penghasilan tentu akan sangat sulit sekali untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena kebutuhan hidup zaman sekarang cukuplah tinggi,” kata Kiai Zubaidi.

Selain dua faktor yang disebutkan di atas, menurut Kiai Zubaidi kesiapan mental spiritual dan gaya hidup seseorang juga menjadi faktor keputusasaan seseorang dalam menjalani hidup. Dengan mental spiritual yang lemah, seseorang akan sulit mengelola emosional dalam menjalankan keberlangsungan hidup.

“Keadaan ini terkadang tidak diiringi dengan kesiapan mental spiritual yang baik, sehingga orang mudah putus asa. Dan salah satu faktor lainnya adalah adanya gaya hidup yang tidak disesuaikan dengan kondisinya,”  ungkap Kiai Zubaidi.

Artikel Terkait

Leave a Comment