samudrafakta.com

Menelusuri Jejak Pasukan Diponegoro di Utara Sungai Brantas, Jombang

Ilustrasi Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa. Sisa-sisa pasukannya diyakini bertahan dan menyebarkan semangat cinta tanah air di seluruh Indonesia, salah satunya di wilayah Ploso, Jombang, Jawa Timur. FOTO: Kemendikbud
Kiai Ahmad Sanusi Tamriz Abdul Ghofar

Kiai Ahmad Sanusi Tamriz Abdul Ghoffar berasal dari daerah yang sama dengan Kiai Ahmad Zamrozi, yaitu Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dia tercatat sebagai saudara misan dengan Kiai Ahmad Zamrozi.

Baik Kiai Ahmad Sanusi maupun Kiai Ahmad Zamrozi sama-sama meninggalkan kota Pati menuju Jawa Timur. Kiai Ahmad Sanusi awalnya menuju Tulungagung dan mengembangkan Tarikat Syathariyyah di sana.

Setelah cukup lama mengembangkan Tarikat Syattariyah, Kiai Sanusi memimpin pemberontakan terhadap Pemerintah Belanda di Tulungagung. Banyak orang yang ditangkap oleh Belanda, tetapi Kiai Sanusi berhasil lolos.

Konon, menurut kisah dari mulut ke mulut, Kiai Sanusi menaiki batang pisang, mengikuti aliran sungai Brantas, hingga akhirnya sampai di tempat Kiai Ahmad Zamrozi, di Desa Jatirowo, Jombang. Setelah itu, Kiai Sanusi, membangun rumah di Desa Lengkong, sebelah Timur Desa Jatirowo.

Dari arah Jatirowo melalui Ploso, berjarak sekitar 8 kilometer, ada sebuah daerah bernama Kabuh. Daerah yang subur. Penduduk Kabuh terkenal ramah. Hanya saja, daerah Kabuh seringkali menjadi sasaran perampok.

Baca Juga :   Tergigit Pedasnya Sate Kampret

Hingga akhirnya Pemerintah Jombang menggelar sayembara: barang siapa yang dapat membasmi perampok-perampok yang membuat resah masyarakat Kabuh, pemerintah akan menghadiahkan sebidang tanah yang luas.

Kiai Sanusi mendengar sayembara ini. Dia ikut.

Alkisah, dalam upaya memberantas rampok itu, Kiai Sanusi menapakkan kaki di Kabuh sambil mengamalkan ilmu sirep—yaitu ilmu yang membuat orang lain tertidur. Walhasil, semua perampok di Kabuh tertidur kena sirep. Kabuh pun aman.

Atas jasa Kiai Sanusi itu, Pemerintah Jombang menghadiahkan sebidang tanah di Desa Sekaru untuknya.

Sementara, di sisi lain, perampok yang terkena ilmu sirep dari Kiai Sanusi menyadari bahwa yang mereka hadapi adalah seorang ulama yang memiliki karamah. Mereka pun bertaubat dan berguru kepada Kiai Sanusi. Setelah peristiwa itu, Kiai Ahmad Sanusi pindah dari Desa Lengkong ke Desa Kauman Sekaru, Kabuh, hingga wafat di desa itu.

Artikel Terkait

Leave a Comment