Kereta Cepat Whoosh Disebut Rugi Rp11 Miliar per Hari, Indef: Empat BUMN Boncos, Utang Menggunung

Kereta Cepat Jakarta-Bandung/ Woosh. - Wikipedia
Indef mengungkap, kerugian operasional Kereta Cepat Jakarta–Bandung (Whoosh) mencapai Rp11 miliar per hari dan menekan keuangan empat BUMN anggota konsorsium.

Direktur Program Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha M. Rachbini mengungkapkan bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh menanggung kerugian operasional sekitar Rp11 miliar per hari.

“Bahkan pada 2025, kerugiannya tembus ke angka Rp1,6 triliun. Akumulasi kerugian tersebut menandakan KCIC selaku pengelola Whoosh masih menghadapi tekanan pembiayaan dan belum menemukan jalan keluar hingga saat ini,” ujar Eisha dalam diskusi daring, Jumat (24/10).

Kerugian itu, lanjutnya, membebani empat BUMN yang tergabung dalam konsorsium PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI): PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Wijaya Karya (WIKA), PT Jasa Marga (JSMR), dan PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII).

“Sekitar 60 persen kerugian PSBI ditanggung KAI sebagai pemegang saham mayoritas. Ini berarti ada risiko fiskal yang bisa berdampak pada keuangan negara,” jelasnya.

Bacaan Lainnya
Penumpang Masih di Bawah Target

Indef juga menyoroti rendahnya okupansi penumpang. Hingga Oktober 2025, jumlah penumpang Whoosh baru 12 juta orang, dengan lonjakan tertinggi terjadi saat libur sekolah Juni lalu.

“Masih ada gap sekitar 40 persen dari target okupansi yang harus dikejar,” kata Eisha.

Berdasarkan laporan keuangan PSBI per 30 Juni 2025 (unaudited), konsorsium mencatat utang sebesar Rp4,195 triliun sepanjang 2024, dengan total kerugian setahun mencapai Rp11,493 miliar per hari. Hingga paruh pertama 2025, PSBI sudah menanggung rugi Rp1,625 triliun.

Sebagai pemimpin konsorsium dengan porsi saham 58,53 persen, KAI memikul beban paling besar. Menurut Eisha, penyelesaian mestinya dilakukan secara business to business (B2B) tanpa melibatkan APBN.

“Maka muncul arah ke restrukturisasi utang proyek. Apakah sebagian utang dikonversi jadi ekuitas atau aset diserahkan ke pemerintah, itu yang masih dibahas,” tuturnya.

Danantara Siap Lobi China

Chief Operating Officer BPI Danantara, Dony Oskaria, menyebut pihaknya akan berangkat ke China untuk bernegosiasi terkait restrukturisasi utang bersama pemerintah dan PT KCIC.

“Negosiasi ini menyangkut jangka waktu pinjaman, suku bunga, dan mata uang yang digunakan untuk pembayaran,” jelas Dony di kantor Kementerian Keuangan.

Ia menargetkan negosiasi selesai tahun ini. Menurutnya, kinerja pendapatan KCIC masih positif sehingga proses restrukturisasi bukan masalah besar.

Purbaya: “APBN Enggak Ikut, Top!”

Sementara itu, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyambut baik rencana restrukturisasi utang yang memperpanjang tenor dari 40 tahun menjadi 60 tahun.

“Bagus. Saya (APBN) enggak ikut (bayar) kan? Top,” ujarnya santai di kantor Kemenkeu, Kamis (23/10/2025).

Purbaya menegaskan restrukturisasi dilakukan secara B2B tanpa intervensi APBN. “Kalau mereka sudah putus, ya bagus. Sebisa mungkin saya enggak ikut. Biar mereka selesaikan secara bisnis,” tandasnya.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *