ITS Borong Lima Gelar Juara di KRTI 2025, Bukti Keunggulan Teknologi dan Kekompakan Tim Bayucaraka

Tim Bayucakra ITS. - Dok. ITS
Tim Bayucaraka ITS sabet lima gelar di ajang robot terbang nasional, dari Racing Plane hingga Teknologi Terbaik.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali menunjukkan tajinya di dunia teknologi kedirgantaraan. Dalam ajang Kontes Robot Terbang Indonesia (KRTI) 2025, tim Bayucaraka ITS sukses memborong lima gelar juara nasional berkat inovasi dan performa pesawat tanpa awak yang dikembangkan secara mandiri.

Tim kebanggaan kampus asal Surabaya itu menyabet Juara 1 kategori Racing Plane (RP), Juara 3 kategori Fixed Wing (FW), Juara 3 kategori Long Endurance Low Altitude (LELA), Juara 2 kategori Vertical Take Off and Landing (VTOL), serta Juara 2 kategori Technology Development (TD).

Dominasi di Semua Divisi

General Manager Tim Bayucaraka ITS, Rama Suryasnyah Budianto, menyebut pencapaian itu sebagai buah dari kerja sama tim yang solid dan riset panjang yang terus dikembangkan.

“Tahun ini Bayucaraka menjadi satu-satunya tim di KRTI 2025 yang berhasil meraih tiga besar di seluruh divisi. Kami sangat bangga karena hasil ini menunjukkan konsistensi dan kerja keras seluruh anggota,” ujar mahasiswa Teknik Fisika ITS itu, Jumat (24/10).

Bacaan Lainnya

Prestasi tertinggi diraih lewat PALKONJET (Precise Aerobatics Lightning Kinetics and On-Point Navigation Jet), pesawat di kategori Racing Plane yang fokus pada kecepatan dan efisiensi lintasan.

“Dengan sistem kendali yang lebih presisi dan desain aerodinamika yang disempurnakan, pesawat kami mampu melaju cepat dan tetap stabil hingga garis akhir,” jelas Rama.

Di kategori Fixed Wing, tim mengandalkan BRB-29 (Be Right Back 29) yang dirancang untuk misi tanggap darurat pengiriman paket di wilayah sungai. Pesawat ini dilengkapi sistem pemetaan udara beresolusi 4K dan live monitoring berkualitas tinggi.

“Perubahan signifikan kami tahun ini ada pada sistem propulsi dan transmisi. Keduanya bikin performa pesawat jauh lebih efisien dibanding tahun lalu,” kata Rama.

Inovasi Drone dan Teknologi Tanggap Bencana

Untuk kategori VTOL, tim menurunkan Soeroku v2, drone hexacopter yang dilengkapi sensor LiDAR 2D agar mampu mendeteksi objek secara otomatis dan bermanuver aman di area sempit seperti lorong atau terowongan.

Sementara di kategori LELA, pesawat Ababil berhasil menempuh misi sejauh 60 kilometer sambil menjatuhkan muatan dan mendeteksi hotspot secara otomatis. Dengan bobot di bawah 4 kilogram, Ababil tetap stabil meski diterpa angin kencang.

Tak berhenti di situ, pada kategori Technology Development, Bayucaraka memperkenalkan inovasi RESCUE — sistem terpadu yang menggabungkan remote control dan pemantauan lewat website.

“RESCUE dirancang untuk mempermudah lembaga tanggap bencana dalam menggunakan drone untuk pemetaan dan inspeksi,” ujar Rama. “Ke depan, kami berharap ini bisa jadi produk unggulan nasional.”

Tim Bayucaraka memastikan riset akan terus berlanjut menuju KRTI 2026, sekaligus menyiapkan diri mengikuti ajang internasional seperti Singapore Amazing Flying Machine Competition (SAFMC) dan Teknofest Turki.

“Kami ingin terus berprestasi sekaligus berkontribusi bagi kemajuan teknologi kedirgantaraan Indonesia,” tutup Rama.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *