samudrafakta.com

Google dan Amazon Terlibat Proyek Teknologi dengan Israel, Ribuan Karyawan Protes

Sebanyak 1.100 mahasiswa dan pekerja muda dari 120 perguruan tinggi di AS baru-baru ini sepakat menandatangani perjanjian menolak bekerja di Google dan Amazon sebagai bentuk penolakan mereka atas aksi genosida Israel di Gaza. FOTO: Istimewa
JAKARTA–Sejumlah 1.100-an lebih mahasiswa dan karyawan baru dari 120 perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat (AS) menyatakan sikap tegas menolak bekerja di Google dan Amazon. Aksi ini merupakan bentuk protes terhadap keterlibatan kedua perusahaan teknologi raksasa tersebut dalam Project Nimbus, sebuah proyek senilai USD1,2 miliar yang menyediakan layanan komputasi awan (cloud) bagi pemerintah Israel.

Amazon dan Google merupakan perusahaan favorit bagi mahasiswa lulusan kampus sains, teknik, hingga matematika terbaik di seluruh dunia. Pada 2024, 485 lulusan UC Berkeley dan 216 lulusan Stanford bekerja di Google.

Sejak 2021, kelompok yang mengatasnamakan No Tech for Apartheid (NOTA) telah mengadvokasi Google dan Amazon untuk memboikot dan melakukan divestasi dari Project Nimbus dan pekerjaan lainnya untuk pemerintah Israel.

Sebelumnya, dilansir Reuters pada Jumat, 19 April 2024, Google telah memecat 28 karyawannya gara-gara memprotes proyek kerja sama dengan Israel tersebut.

Para pekerja dipecat setelah penyelidikan menemukan bahwa mereka telah melakukan protes di dalam kantor Google di New York dan Sunnyvale, California, AS. Di Sunnyvale, mereka memasuki kantor CEO Google Cloud, Thomas Kurian. Informasi ini disampaikan di X oleh kelompok yang mengorganisir demonstrasi itu bernama No Tech For Apartheid.

Baca Juga :   Fatwa Ulama Dunia terkait Boikot Produk Israel

Para pengunjuk rasa membentangkan spanduk bertuliskan, “Tidak Ada Lagi Genosida Demi Keuntungan,” dan, “Kami Mendukung Googler Palestina, Arab, dan Muslim.”

Yang mutakhir, karyawan kedua perusahaan yang merupakan jebolan dari universitas-universitas bergengsi seperti Stanford, UC Berkeley, dan University of San Francisco, mengecam Amazon dan Google karena dianggap telah membantu Israel dengan menyediakan teknologi canggih kepada pemerintah dan militernya. Mereka menilai teknologi tersebut telah memperburuk kondisi warga Palestina yang telah lama menderita akibat pengawasan dan kekerasan Israel. Mereka, bahkan menandatangani perjanjian.

Artikel Terkait

Leave a Comment