samudrafakta.com

Dhio Bunuh Keluarganya Pakai Sianida, Seperti Ini Bahayanya Bagi Tubuh

MAGELANG | SAMUDRA FAKTA – Dhio Daffa Syadilla (22) membunuh seluruh keluarganya di Magelang dengan racun sianida. Dhio telah ditetapkan sebagai tersangka kasus pembunuhan satu keluarga di Dusun Prajenan, Kabupaten Magelang, oleh Polda Jateng, pada Selasa (29/11). Kepada polisi, Dhio mengaku telah membunuh ayahnya Abbas Ashar (58), ibunya Heri Iryani (54), dan sang kakak Dhea Chairunnisa (24).

Sianida bekerja dengan cepat dan mematikan jika langsung dikonsumsi.
Sianida merujuk pada bahan kimia yang memiliki ikatan dengan karbon monoksida dan nitrogen molekuler atau CN. Ada bentuk sianida yang mematikan seperti Natrium Sianida (NaCN), Potasium Sianida (KCN), Hidrogen Sianida (HCN), dan Cyanogen Klorida (CNCl).

Bagaimana Sianida Berinteraksi pada Tubuh?

Sebenarnya, bagaimana seseorang dikatakan keracunan sianida? Bagaimana sianida berinteraksi di dalam tubuh?

Dilansir dari laman Halodoc, Jumat (2/12), setelah tubuh terpapar atau sianida masuk ke dalam tubuh, senyawa ini dengan cepat memasuki aliran darah. Tubuh memang menangani racun ini dalam jumlah kecil dengan mengubahnya menjadi tiosianat yang kemudian dikeluarkan melalui urine. Senyawa ini bisa bergabung dengan bahan kimia lain membentuk vitamin B12 yang membantu menjaga kesehatan sel saraf dan sel darah merah.

Baca Juga :   Kasus Jessica Wongso: Ditangani Krishna Murti dan Ferdy Sambo, Kuasa Hukum Sebut 8 Kejanggalan

Namun, dalam jumlah besar, sianida mencegah sel menggunakan oksigen dan menyebabkan kematian sel. Organ-organ yang rentan terhadap serangan sianida adalah jantung, sistem pernapasan, dan sistem saraf pusat.

Segera setelah terpapar, tubuh akan lemah, mual, sakit kepala, hingga kesulitan bernapas. Pada kondisi akut, gejala yang muncul adalah hilang kesadaran hingga mengalami gagal jantung.

Sementara pada tingkatan kronis, gejala yang terjadi seperti napas pendek, denyut nadi lemah tetapi cepat, bibir dan wajah menjadi biru yang disertai dengan ekstremitas, koma, hingga kematian.

Tingkatan keparahan paparan sianida pada tubuh bergantung pada seberapa banyak racun ini masuk ke dalam tubuh. Faktanya, dibutuhkan sianida sebanyak 1,5 miligram per kilogram tubuh manusia untuk menciptakan keracunan sianida.

Tidak hanya dalam bentuk makanan atau bubuk, gas sianida juga sama berbahayanya. Bahkan, gas ini disinyalir paling berbahaya dibandingkan dengan jenis gas beracun lainnya. Dampaknya mungkin tidak terlalu signifikan pada ruang terbuka karena bisa segera menguap. Namun, jika dialirkan dalam ruang tertutup, gas ini bisa mengakibatkan kematian.

Baca Juga :   Dhio Daffa, Pemuda Asal Magelang yang Tega Bunuh Ibu, Ayah, dan Kakak Kandung

Bagaimana Menangkalnya?

Pada kasus keracunan sianida yang parah, dokter memberikan penangkal sianida seperti hydroxocobalamin atau cyanokit yang terdiri dari 3 jenis obat, yaitu amil nitrit, natrium nitrit, dan natrium tiosulfat. Pemberian amil nitrit adalah dengan cara dihirup selama maksimal 30 detik, sementara natrium nitrit diberikan secara intravena selama 5 menit, dan natrium tiosulfat intravena diberikan selama 30 menit.

Kit penangkal ini mendetoksifikasi sianida dengan mengikatnya untuk menghasilkan vitamin B12 yang tidak beracun. Obat ini menetralkan sianida pada tingkat yang cukup lambat untuk memungkinkan enzim yang disebut rhodanese yang mendetoksifikasi sianida pada organ hati.(SF/SA)

Artikel Terkait

Leave a Comment