China Ledakkan Bom Hidrogen 2 Kilogram, Menghasilkan Panas yang Sangat Ekstrem!

Ilustrasi ledakan bom. | Canva/TP
South China Morning Post (SCMP) melaporkan, peneliti China telah berhasil menguji bom hidrogen non-nuklir. Bom ini disebut menciptakan bola api berkelanjutan, jauh lebih unggul dari bahan peledak tradisional.

__________

Laporan SCMP yang dilansir pada Senin, 21 April 2025, itu mengutip hasil penelitan dalam Jurnal Proyektil, Roket, Rudal, dan Panduan berbahasa Mandarin bulan lalu.

Menurut laporan tersebut, sebuah tim dari Institut Penelitian 705 milik China State Shipbuilding Corporation (CSSC)—yang merupakan pemain kunci sistem senjata bawah air—mengembangkan bom seberat 2 kg atau 4,4 pon, yang sebagian besarnya terdiri dari magnesium hidrida, dipadukan dengan bahan peledak konvensional yang berfungsi sebagai katalis.

Perangkat tersebut dilaporkan menghasilkan bola api dengan suhu melebihi 1.000 derajat Celsius atau 1.832 derajat Fahrenheit. Bola-bola api itu berpijar selama lebih dari dua detik, atau 15 kali lebih lama daripada yang biasanya dihasilkan oleh ledakan TNT dengan bobot yang sama.

Bacaan Lainnya

Senyawa yang mulanya dikembangkan sebagai bahan bakar yang efisien itu dengan cepat melepaskan gas hidrogen yang tersimpan, sehingga mengakibatkan kebakaran hebat yang berkelanjutan.

Daya rusak perangkat peledak baru itu disebut tidak terletak pada tekanan ledakannya, tetapi pada kemampuannya untuk menghasilkan panas yang ekstrem.

“Kontrol yang tepat atas intensitas ledakan dengan mudah mencapai penghancuran target yang seragam di wilayah yang luas,” demikian laporan SCMP, mengutip ilmuwan peneliti CSSC bernama Wang Xuefeng.

Wang juga menjelaskan, jika dikembangkan sepenuhnya, metode tersebut barangkali dapat menghasilkan senjata yang mirip dengan perangkat termobarik—yang merujuk senjata ideal untuk memusnahkan struktur pertahanan dan kendaraan lapis baja.

Meski dulunya sebagian besar produksi magnesium hidrida berskala kecil dan agak rumit, China baru-baru ini mengembangkan metode produksi yang lebih murah dan lebih aman. Juga membangun pabrik yang mampu memproduksi 150 ton senyawa tersebut per tahunnya.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *