Gempa Bekasi Rabu malam jadi alarm. Para ahli sebut energi besar tersimpan di bawah kota megapolitan.
__________
Gempa bumi magnitudo 4,7 yang mengguncang Bekasi, Rabu malam, 20 Agustus 2025, menyisakan pesan tegas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan guncangan itu bersumber dari sesar busur belakang Jawa Barat (West Java Back Arc Thrust).
Sesar ini dikenal berbahaya. Jalurnya membentang dari Cirebon, Indramayu, Majalengka, Subang, Purwakarta, Karawang, hingga Bekasi.
Indikasi juga muncul di selatan Jakarta, Depok, dan Bogor. “Ini sesar aktif, dan melintas di wilayah padat penduduk,” kata peneliti BRIN, Sonny Aribowo, Kamis, 21 Agustus 2025.
Sonny, yang sejak 2019 meneliti patahan ini, menyebut jalur tersebut sudah bergerak sejak 50 ribu tahun lalu. Dalam risetnya di jurnal Tectonics (2022), ia menegaskan segmen Tampomas terbukti aktif. Jejaknya merambat sampai Subang, lalu terus ke selatan Jakarta.
Energi Terkunci di Selatan Jakarta
Peringatan lebih tajam datang dari tim Institut Teknologi Bandung (ITB). Guru Besar Sri Widiyantoro mengungkapkan, segmen barat Sesar Baribis kini “terkunci”. Artinya, energi regangan tersimpan di sana, menunggu waktu dilepaskan.
“Kalau energi ini pecah, gempa besar bisa mengguncang kawasan padat Jakarta,” tulisnya dalam Scientific Reports-Nature (2022).
Fakta lain memperburuk ancaman: kota-kota di barat laut Jawa bukan hanya rawan dari subduksi Palung Jawa, tapi juga dari sesar darat aktif — Cimandiri, Baribis, Lembang, Garut, hingga Cipamingkis.
Bom Waktu di Bawah Megapolitan
Peneliti geofisika ITB, Endra Gunawan, menyebut kondisi ini sensitif. Namun, ia menegaskan publik berhak tahu. “Zona tektonik di selatan Jakarta memang aktif. Harus disampaikan apa adanya. Mitigasi perlu dipersiapkan, dari tata ruang, tata bangunan, hingga pelatihan rutin,” ujarnya.
Jakarta, dengan belasan juta penduduk, berdiri di atas bom waktu geologi. Gempa Bekasi hanya getaran kecil yang memperingatkan: ada energi besar menunggu pecah di bawah ibu kota.***





