JAKARTA – Kebijakan pengendalian Covid-19 berpengaruh terhadap peternakan di Indonesia. Banyak peternak ayam petelur skala kecil kolaps karena harga telur tidak sebanding dengan harga pakan yang melambung tinggi. Padahal, menurut BPS, ekonomi Indonesia 2022 tumbuh sebesar 5,31 persen, lebih tinggi dibanding capaian 2021 sebesar 3,70 persen. Sementara Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi 2023 pada kisaran 4,5-5,3%. Ekonomi sudah tumbuh, kenapa bisnis peternakan ayam petelur masih lumpuh?
“Peternak skala kecil paling terdampak oleh pandemi Covid-19 karena permodalan yang kecil dan posisi tawar pada suplai produksi dan penjualannya juga terbatas,” ungkap Peneliti Ahli Muda PR Peternakan BRIN Diana Andrianita Kusumaningrum seperti dilansir website resmi BRIN, Kamis (30/11)
Diana memaparkan hasil penelitiannya berjudul; “Assessing the Impact of COVID-19 Pandemic on Small-holder Poultry Farm Business” pada Webinar Risnov Ternak#6: “Ekonomi Tumbuh, Bisnis Peternakan Masih Lumpuh. Ada Apa?” yang dihelat Pusat Riset Peternakan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Selasa (28/11).
Webinar menghadirkan narasumber Ketua IV Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU), Asrokh Nawawi dengan materi “Ekonomi Tumbuh, Bisnis Peternakan (Perunggasan) Masih Lumpuh?” dan Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), drh. Nanang Purus Subendro dengan materi “Isu Strategis Peternakan Sapi dan Kerbau 2024”.
Dari hasil penelitian yang dilakukan di sentra peternakan ayam ras, yang ditentukan berdasarkan data populasi tertinggi di Indonesia (BPS 2021), Diana menyimpulkan bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada penurunan populasi dan produksi pada awal pandemi, dan terjadi kenaikan setelahnya.