samudrafakta.com

Bung Karno dan Jombang: Tentang Momen-momen Krusial yang ‘Diamputasi’ oleh Sejarah

Salah satu dokumentasi foto kunjungan Presiden Surkarno, yang diyakini berlangsung di Jombang, Jawa Timur. FOTO: Istimewa
JOMBANG–Presiden Pertama Republik Indonesia (RI) Sukarno memiliki jejak sejarah sekaligus ikatan batin yang sangat kuat dengan Jombang, Jawa Timur–terutama dengan daerah yang saat ini dikenal sebagai Kecamatan Ploso. Banyak bukti yang memvalidasi tesis tersebut. Sayangnya, fakta historis tersebut ‘diamputasi’ oleh sebagian besar penyusun narasi sejarah ‘yang diakui’ negara ini. Namun, kini upaya untuk mengembalikan fakta-fakta yang hilang kembali mengemuka.

Desa Rejoagung di Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sekali lagi menghidupkan alunan sejarah dengan menyelenggarakan Peringatan Bulan Bung Karno pada Minggu (23/4). Dalam suasana yang penuh khidmat, kirab napak tilas yang menelusuri jejak-jejak awal kehidupan presiden pertama Indonesia ini digelar, membawa serta aroma nostalgia yang menyelimuti setiap langkah.

Dimulai dari rumah kelahiran Bung Karno di Gang Buntu, Desa Rejoagung, rute perjalanan melintasi Sekolah Ongko Loro tempat ayah Bung Karno mengajar, terus ke Sekolah Desa tempat Bung Karno kecil belajar, melewati bekas Kantor Kawedanan Ploso, dan menuju Langgar Kedungturi tempat ia mengaji, hingga akhirnya berakhir di Kantor Desa Losari.

Baca Juga :   Sukarno Hobi Rayakan Maulid, Ibaratkan Muhammad sebagai Bunga Terindah

Seiring dengan langkah-langkah tersebut, gema kenangan akan pendidikan awal dan perjalanan spiritual sang proklamator kembali menggema, menyentuh jiwa setiap peserta yang hadir.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kabupaten Jombang, Senen, mengatakan bahwa kirab seperti ini baru pertama kali dilaksanakan.

“Kirab ini menjadi bentuk pengakuan dari masyarakat bahwa Bung Karno memang dilahirkan di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang. Karena bagaimana pun yang tahu ceritanya adalah masyarakat di sekitar rumah lahir Bung Karno,” terangnya.

Menurutnya, kirab ini bukan sekadar berjalan dari satu tempat ke tempat lain. Ini adalah perjalanan spiritual untuk mengingat dan menghayati perjuangan serta pengorbanan Bung Karno.

“Tempat ini memiliki nilai historis penting karena dari sinilah Bung Karno mendapatkan pendidikan awalnya yang memengaruhi pemikiran dan perjuangannya di kemudian hari,” ujarnya.

“Lebih lanjut, rumah kelahiran Bung Karno di Desa Rejoagung, Kecamatan Ploso, akan ditetapkan sebagai cagar budaya peringkat Kabupaten Jombang,” tutupnya.

Bagi  masyarakat Jombang, jejak kenangan Bung Karno di Kota Santri setidaknya ada dua penanda. Yakni di masa kecilnya saat masih bayi bernama Koesno di Ploso. Kemudian bersekolah di desa school (sekolah bagi anak pribumi) juga di daerah Ploso. Yang kedua, saat Bung Karno berkunjung kembali ke Jombang sebagai presiden di tahun 1948, 1950, dan 1952.

Baca Juga :   Bung Karno Keturunan "Sultan Kediri"

“Bung Karno sendiri yang menuliskan jika saat kecil dia bersekolah di Ploso,” kata Binhad Nurohmat, salah satu pemerhati sejarah Jombang yang tertarik menelusuri jejak Bung Karno di Ploso Jombang.

Tulisan tangan Bung Karno itu seperti tertera di lembaran Pendaftaran Orang Indonesia Jang Terkemoeka Jang Ada di Djawa tahun 1943 dari sumber Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).

Artikel Terkait

Leave a Comment