SURABAYA | SAMUDRA FAKTA – Surabaya pernah menjadi pusat penyebaran dakwah agama Islam di tanah Jawa. Makam para penyebar agama Islam ini masih bisa dijumpai hingga kini. Meski telah berusia ratusan tahun, kondisi sejumlah makam masih terawat bagus. Tak jarang makam tersebut juga ramai dikunjungi peziarah dari berbagai penjuru daerah.
Berikut 7 makam para tokoh penyebar Islam di Surabaya:
1. Makam Sunan Ampel
Sunan Ampel diyakini sebagai pemimpin para wali di tanah Jawa. Perjalanannya menyebarkan Islam di Jawa diperkirakan sudah dimulai sejak 1443. Sunan Ampel adalah guru dan pemimpin para wali di tanah Jawa.
Tak heran jika makamnya yang berlokasi di Kecamatan Semampir Surabaya ini tak pernah sepi peziarah dari bebagai daerah. Pemkot Surabaya bahkan telah meresmikan kompleks makamnya sebagai Kawasan Wisata Religi.
2. Sunan Botoputih
Sunan Botoputih berperan menyebarkan Islam di Surabaya pada abad ke-15. Dia adalah pangeran dari kerajaan Blambangan dan putra dari Pangeran Kedawung.
Pandainya Sunan Botoputih mendalami agama Islam dan menyebarkannya di Gresik dilihat oleh Kiai Kendil Wesi. Akhirnya dia diminta menyebarkan Islam di Surabaya dan menetap di kawasan Pegirian, tepatnya di Dukuh Botoputih. Oleh karena itu disebut Sunan Botoputih.
Makam Sunan Botoputih bersebelahan dengan makam Maulana Mohammad Syaifuddin (Sultan Banten ke XVII/terakhir) yang wafat pada 3 Rajab 1318 H/11 November 1899 M. Makam sama-sama tertutup, tapi untuk makam Sultan Banten bisa masuk sampai ruangan kayunya.
Kompleks makam Sunan Botoputih luasnya sekitar 4.000 meter persegi, terbagi menjadi dua area besar. Pertama adalah makam Pangeran Lanang Dangiran, kedua makam Al Habib Syekh bin Ahmad bin Abdullah Bafaqih.
3. Makam Sunan Bungkul
Nama aslinya adalah Ki Ageng Supo atau Mpu Supo, seorang bangsawan zaman Majapahit. Mpu Supo ini kemudian memeluk Islam dan mengganti namanya menjadi Ki Ageng Masmudin.
Setelah memeluk Islam, ia memutuskan menjadi pendakwah di akhir zaman Majapahit, sekitar abad ke-17. Lokasi makamnya berada di sekitar Taman Bungkul, Darmo, Kecamatan Wonokromo.
Tak banyak orang tahu jika ternyata Makam Mbah Bungkul ditulis dalam buku Belanda Er Werd Een Stad Geboren pada 1953. Bahkan, dalam buku tersebut diterangkan, sejarah Makam Mbah Bungkul tidak boleh diceritakan.
4. Makam Kiai Al-Habib
Habib Muhammad bin Idrus Al-Habsyi diperkirakan lahir pada 1265 H di Kota Khola’ Rasyid, Hadramaut, Yaman. Dia merupakan salah satu pendakwah di Surabaya. Makamnya berlokasi di kawasan Jl. Ampel Gubah Kidul No 21, Ampel, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya.
5. Makam Kiai Sedo Masjid
Nama aslinya adalah Kiai Badrun. Dalam catatan sejarah, Kiai Badrun merupakan imam Masjid Jami’ Surabaya yang ada di kawasan Tugu Pahlawan saat ini. Kia Badrun tewas ditembak Belanda karena menentang pembongkaran masjid untuk keperluan benteng Belanda. Usai gugur ditembak Belanda, dia dimakamkan di Jl. Kawatan VIII No. 12, Alun-alun Contong, Kecamatan Bubutan. Karena gugur ditembak Belanda ketika di masjid, ia kemudian diberi gelar Kiai Sedo Masjid.
6. Makam Bupati Pertama Surabaya
Kromodjajan Kanoman merupakan tempat disemayamkannya bupati pertama Surabaya. Makam ini ada di dalam Masjid Al-Ihsan, di Jl. Bibis Pesarean, Bongkaran, Kecamatan. Pabean Cantian, Kota Surabaya. Di sini, disemayamkan bupati pertama Surabaya di masa pendudukan Belanda hingga para adipati. Kawasan pemakaman ini juga tak pernah sepi dari para peziarah.
7. Makam Sawunggaling
Makam Sawunggaling berada di Jl. Lidah Wetan Gg III, Kompleks Masjid Al-Kubro, Kota Surabaya. Sawunggaling merupakan putra dari Jayenggoro dan Dewi Sangkrah. Laki-laki yang memiliki nama kecil Jaka Berek ini tinggal bersama ibunya di Kampung Lidah Donowati–kini Lidah Wetan).





