READING CROWN — Seorang pilot British Airways, Tim Capron (37) harus berurusan dengan pengadilan. Tim Capron diduga menyebarkan video berisi tentang dirinya sedang memukul seorang pramugari yang telanjang dengan menggunakan cambuk kuda.
Dia harus menjalani persidangan karena mengirimkan video tersebut kepada temannya tanpa seizin teman kencannya tersebut. Capron bertemu dengan pramugari tersebut aplikasi media sosial Tinder. Dilaporkan Daily Mail, Jumat (19/7/2024), pengadilan Reading Crown menyebut, setelah berhubungan intim, Capron meminta pramugari tersebut mengenakan penutup mata.
Ia kemudian memukul bagian belakang wanita itu dengan cambuk kuda. Capron merekam aksinya, dan membagikan foto serta video tersebut kepada teman-temannya via WhatsApp. Ketika wanita tersebut mengetahui tindakan Capron, ia berkata: “Saya sangat menyesal. Saya senang Anda memergoki saya melakukannya karena saya seharusnya tidak melakukannya.”
Insiden ini dilaporkan terjadi pada September 2021. Setelah wanita tersebut melaporkannya ke polisi, Capron ditangkap dua minggu kemudian. Capron, yang berpenghasilan £90.000 per tahun atau sekitar Rp1,6 miliar per tahun sebagai pilot, mengirim pesan kepada sesama pilot BA, Steve Farnworth, yang menyatakan bahwa mengirim “beberapa video” saat wanita itu ditutup matanya adalah hal yang aman.
Jaksa Stefan Weidmann mengatakan: “Anda tahu apa yang Anda rencanakan itu salah. Anda adalah seorang pria berpendidikan, lulusan Oxford, Anda menerbangkan pesawat yang bernilai jutaan. Anda tahu betul bahwa dia tidak setuju untuk difilmkan.”
Capron, yang diskors oleh British Airways dengan gaji penuh pada bulan Desember, mengakui di pengadilan: “Saya pikir dia akan menikmati Steve menikmati penampilannya, bisa dikatakan begitu. Pada akhirnya, itu adalah kesalahan saya.”
Kasus ini mengundang perhatian publik karena melibatkan seorang pilot dengan karier yang cemerlang dan latar belakang pendidikan tinggi. Skandal ini mencoreng citra British Airways dan menunjukkan bagaimana perilaku individu dapat berdampak negatif pada reputasi perusahaan besar. Insiden ini juga menyoroti pentingnya persetujuan dalam hubungan intim dan dampak serius dari pelanggaran privasi.