samudrafakta.com

Menjelajahi Ndalem Pojok, Menggali Nilai-Nilai Kebangsaan dan Ketuhanan Warisan Sukarno

Situs Persada Bung Karno Ndalem Pojok Kediri membangun pesantren yang mengajarkan pluralisme. Dibangun untuk mengajarkan cara mengelola keanekaragaman di Indonesia dan menerima santri dari berbagai agama yang ada di negara ini. Ada “jejak-jejak” Bung Karno berupa nilai-nilai luhur kebangsaan dan ketuhanan di Ndalem Pojok yang hendak diaplikasikan dalam pelajaran pesantren pluralis-multikultural tersebut.

Sekadar informasi, pesantren yang dibangun di Kediri itu bukanlah pesantren pertama yang membawa misi mengajarkan pluralisme. Pesantren serupa juga telah dibangun di beberapa titik, antara lain di Puri Plandaan, Jombang, dan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Soal pemilihan Kediri sebagai salah satu lokasi pesantren, menurut Ketua Harian Yayasan Persada Bung Karno Ndalem Pojok, Kushartono, itu berdasarkan beberapa alasan. Salah satunya, karena kata “Kediri”, kata Kushartono, memiliki arti “kembali ke diri sendiri”.

Tentang arti “kembali ke diri sendiri” itu, Kushartono mempunyai penjelasan.

“Suatu perjalanan mengolah kembali matahati,” kata Kushartono. “Matahati adalah mata yang terdapat di dalam hati. Matahati yang sehat adalah di mana seseorang bisa melihat keagungan Gusti Allah dan alam semesta. Mengolah matahati adalah upaya secara batin untuk bisa mendekatkan hati dengan esensi sang Maha Pencipta. Dalam bahasa Jawa Jumenengan, kata “Kediri” berasal dari kata “diri” yang berarti adeg, angdhiri, menghadiri, atau menjadi raja,” papar Kushartono.

Baca Juga :   Guntur Soekarnoputra Dukung Ganjar, Puan Santai Saja

Dengan kembali ke jati diri, menurut Kushartono, manusia Indonesia akan sangat menghargai kebhinekaan—yang merupakan kenyataan yang tak dapat ditolak.

Gagasan pendirian pesantren-pesantren prularis ini datang dari Mursyid Tarekat Shiddiqiyyah sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah KH. Moch. Muchtar Mu’thi.

Tentang pemilihan lokasi Kediri, tepatnya di area situs Bung Karno Ndalem Pojok, ulama yang akrab disapa Kiai Tar tersebut menyatakan karena mendapatkan petunjuk berupa nilai-nilai yang luhur yang diajarkan oleh Presiden Pertama RI Sukarno. Setidaknya ada 10 poin nilai yang terilhamkan padanya.

Penyataan tersebut dia sampaikan dalam ceramah pada acara “Doa Bersama Menyambut Kebangkitan Tasawuf Dunia”, yang diadakan di Pesantren Majma’al Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman Shiddiqiyyah, Ploso, Jombang, Sabtu, 8 Juli 2023 malam.

Nilai-nilai itulah yang akan dimunculkan dalam pelajaran di pesantren yang memiliki nama resmi Pesantren Jatidiri Bangsa Indonesia Merajut Perdamaian Nusantara tersebut. Namun demikian, Kiai Tar dalam ceramahnya tersebut menyatakan belum saatnya menjelaskan nilai-nilai itu.

Baca Juga :   Sukarno dan Kuliner (3): Pecinta Menu Indonesia ‘Next Level’, Agak ‘Alergi’ Makanan Barat

Artikel Terkait

Leave a Comment