Awas, Sampah Sisa Program Makan Bergizi Gratis Berpotensi Menggunung!

Ilustrasi sampah makanan. Sampah sisa-sisa MBG perlu diantisipasi, agar tak timbulkan masalah di kemudian hari. (Ilustrasi)
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mulai dilaksanakan secara bertahap per 6 Januari 2025 disebut berpotensi menimbulkan sampah dalam jumlah besar.

Menurut perhitungan yang dilakukan Yayasan Gita Pertiwi, misalnya, tiap paket menu MBG yang dibagikan kepada siswa memunculkan potensi sampah pangan atau pangan terbuang sebesar 90 gram.

Hal itu disampaikan Direktur Program Gita Pertiwi, Titik Eka Sasanti dalam diskusi dan konferensi pers bertajuk “Sustainable Planet for Sustainable Living” baru-baru ini. Titik memperkirakan tiap porsi MBG memiliki berat pangan sebesar 300 gram, namun 30 persennya berpotensi menjadi sampah pangan.

Sementara itu, aktivis Komunitas Nol Sampah Surabaya, Hanie Ismail, melihat, adanya sisa makanan yang tidak sesuai dengan selera sejumlah siswa penerima program turut menyumbang penambahan volume sampah dari sisa makanan.

Hanie memperingatkan agar hal tersebut diminimalisir, antara lain dengan mengedukasi siswa agar menghabiskan makanan, atau membawa pulang sisa makanan yang tidak habis.

Bacaan Lainnya

Hanie juga mengingatkan agar sekolah menyediakan fasilitas pengolahan sampah sisa makanan.

“Kalau misalkan sekolah mempunyai fasilitas pengelolaan sampah organik, sisa-sisa makanannya mendingan diolah di sekolahnya masing-masing. Dan itu menjadi poin tersendiri, bahwa sebenarnya sekolah sudah mampu mengelola sampah yang dihasilkan oleh si warga di sekolah itu sendiri. Tapi, yang pasti, kita harus reduce dulu, mengurangi tidak menghasilkan sampah,” kata Hanie, Senin, 6 Januari 2025.

Di sisi lain, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jakarta memastikan sampah organik sisa MBG akan dikelola secara efektif dan dimanfaatkan secara optimal.

“Sampah organik dari dapur SPPG akan kami tangani untuk selanjutnya dibawa ke TPS 3R dan didistribusikan ke pegiat biokonversi maggot black soldier fly (BSF),” kata Asep Kuswanto, Kepala DLH Provinsi Jakarata dalam keterangannya, Selasa 7 Januari 2025.

Sedangkan untuk sampah dari sisa makanan di sekolah, Asep menambahkan, pihaknya akan berupaya menyalurkannya ke bank sampah. Sampah organik dari sekolah juga bisa disalurkan ke komunitas pegiat biokonversi maggot BSF untuk diolah menjadi produk bernilai dengan melibatkan peran serta masyarakat.***

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *