PBNU Mengaku Kadernya ke Israel Tanpa Izin, Bagaimana Ormas Sebesar Itu Bisa Kecolongan? 

Ilustrasi: Sa'ad.
JAKARTA—Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan kepergian lima aktivis NU ke Israel di luar sepengetahuan organisasi. Pernyataan tersebut terkonfirmasi oleh pengakuan salah satu anggota rombongan ke Israel, yang mengaku keberangkatan mereka tak ada hubungannya dengan NU. Kenapa organisasi sebesar PBNU kebobolan kadernya sendiri?

Zainul Maarif, salah satu kader NU yang ikut bertemu Presiden Israel Isaac Herzog pada 3 Juli lalu, mengaku jika dia dan rombongan aktivis NU ke Israel dibiayai oleh Israel Trek atau iTrek, organisasi yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

ITrek punya program mengirim mahasiswa pascasarjana serta tokoh muda dari banyak negara untuk melakukan perjalanan ke Israel selama satu minggu. Kelompok pro-Israel ini mengatur perjalanan dan menerima dana langsung dari pemerintah Israel untuk meningkatkan citra Israel di kalangan publik.

Zainul menyampaikan pengakuan tersebut usai diberhentikan dari posisinya di Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PWNU Jakarta. Dia juga memastikan keberangkatannya dan empat aktivis lainnya tidak ada hubungannya dengan NU.

Keterangan Zainul mengonfirmasi keterangan Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, yang disampaikan dalam konferensi pers pada Selasa (16/7/2024) lalu. Ketika itu Yahya menyatakan bahwa ada lembaga atau organisasi yang melakukan advokasi kepentingan Israel di Indonesia melakukan pendekatan kepada para kader NU dan mengajak mereka ke Israel.

Bacaan Lainnya

Para pelobi, kata Yahya, mendekati kader secara personal, menawarkan mereka untuk bisa berdialog dengan para pemikir Zionis di Israel. Dan menurut Yahya, para kader itu tak menyangka akan bertemu dengan Presiden Israel dalam agenda tersebut.

“Memang mereka di sana programnya adalah sekadar pertemuan-pertemuan. Interface dialog di sana dengan berbagai pihak. Katanya tanpa agenda pertemuan dengan Presiden Israel sebelumnya, dan itu (agenda pertemuan dengan Presiden Israel) mendadak di sana,” kata Yahya.

Yahya menduga jika lembaga yang dia maksud memanfaatkan kader NU untuk membantu Israel menyebarkan misi kepentingan Israel di Indonesia. Ia pun menyayangkan kelima aktivis NU itu terbang ke Israel tanpa meminta pertimbangan dari tokoh dan para kiai senior di lingkungan NU.

Kenapa PBNU ‘kecolongan’?

Menurut pandangan Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Indonesia (UI), Yon Mahmudi—biasa disapa Gus Yon—lima aktivis NU yang nyelonong bertemu Presiden Israel tersebut bisa jadi merupakan ‘target’, atau ‘ditargetkan’ oleh iTrek, karena mereka dipandang memiliki potensi bakal menjadi agen pemimpin NU di masa depan. Apalagi NU adalah ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan dunia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *