samudrafakta.com

Berkurban Tanpa Plastik: Perilaku Menjaga “Ukhuwah Kauniyyah”

Distribusi daging kurban menggunakan daun merupakan solusi atas permasalahan sampah plastik yang ke sini kian memprihatinkan. FOTO: SF/Faried Wijdan
JAKARTA–Di tengah semarak Hari Raya Kurban, saat umat Muslim dengan penuh syukur menyembelih sapi dan kambing untuk dibagikan dagingnya kepada masyarakat, ada satu pemandangan yang kerap terabaikan: tumpukan plastik bekas pembungkus daging. Plastik yang dianggap murah dan praktis, ternyata menyimpan ancaman serius bagi lingkungan, mencemari tanah dan air di sekitarnya.

Ironisnya, perayaan yang sejatinya bertujuan mulia ini justru menyisakan jejak limbah yang sulit terurai dan berdampak buruk bagi ekosistem. Kemasan plastik seringkali menjadi penyebab pencemaran lingkungan yang terus meningkat.

Plastik sulit terurai di dalam tanah karena rantai karbon yang panjang, sehingga sulit diurai oleh mikroorganisme. Jadi ketika plastik menjadi sampah dan dibuang di tanah, plastik akan menghambat intensitas udara yang diterima oleh hewan yang habitatnya di dalam tanah.

Berdasarkan data dari World Population Review, Indonesia menempati negara di urutan kelima sebagai penghasil sampah plastik terbanyak di dunia dengan total 9,13 juta ton. Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada pada posisi pertama di Asia Tenggara.

Sedangkan urutan pertama hingga keempat penghasil sampah terbanyak di dunia di pegang oleh Amerika Serikat 34,02 juta ton, India 26,33 juta ton, Tiongkok 21,60 juta ton, dan Brazil 10.68 juta ton.

Selanjutnya, penggunaan plastik selain dapat menimbulkan persoalan lingkungan, terutama sulit terurai, dari segi kesehatan juga kantong plastik berbahaya. Pada 2019, BPOM telah menjelaskan bahwa sebagian besar plastik kresek ini hasil daur ulang plastik.

Plastik daur ulang tersebut, umumnya berasal dari limbah wadah bekas produk pangan, bahan kimia, pestisida, kotoran hewan atau manusia, dan sebagainya. Dalam proses pembuatannya juga menggunakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan.

Pada 13 Juni 2024, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau KLHK, telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor SE.6/MENLHK/PSLB3/PLB.0/6/2024 yang ditujukan kepada gubernur, bupati dan walikota mengenai pelaksanaan Hari Raya Idul Adha 1445 H yang bertepatan dengan 17 Juni 2024, tanpa sampah plastik.

“Hal ini mengingat sifat sampah plastik yang tidak mudah terurai, proses pengolahannya menimbulkan toksik dan berbahaya bagi kesehatan serta lingkungan hidup apabila tidak dikelola dengan benar,” demikian tertulis dalam surat edaran tersebut.

Dalam surat itu, para pimpinan daerah diharapkan mengimbau dan mengajak panitia pembagian daging kurban agar tidak menggunakan kantong plastik. Atau, membawa wadah sendiri yang dapat dipakai ulang untuk mewadahi pembagian daging kurban.

Selain wadah sendiri, sebagai pengganti kantong plastik, diharapkan panitia pembagian kurban dapat menggunakan daun seperti daun pisang atau daun jati, besek bambu, atau wadah yang tersedia lainnya di daerah masing-masing. Tujuannya, agar dapat digunakan ulang atau dapat dikomposkan sehingga tidak menimbulkan sampah plastik.

“Menyediakan satuan tugas khusus di lapangan yang menangani sampah sekaligus sebagai tenaga kampanye dan edukasi publik dalam pengurangan sampah plastik,” jelas Menteri KLHK Siti Nurabaya, dalam surat tersebut.

KLHK memperkirakan timbulan sampah yang terjadi sebagai bagian perayaan Idul Adha dapat mencapai 608 ton sampah kantong plastik sekali pakai yang kebanyakan berasal dari kegiatan pembagian daging kurban.

Direktur Pengurangan Sampah KLHK Vinda Damayanti Ansjar menjawab pertanyaan ANTARA di Jakarta, Sabtu, menyampaikan dalam rangkaian pelaksanaan ibadah Idul Adha analisis KLHK memperkirakan timbulan sampah plastik didominasi jenis sampah kantong plastik atau kresek dari pembagian daging kurban.

“Sekitar 121,5 juta lembar kresek ukuran sedang atau 15×24 cm dengan berat 5 gram atau setara 608 ton sampah plastik kresek yang berasal dari kebutuhan hewan kurban nasional sebesar 1,97 juta ekor,” kata Vinda.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mencari alternatif yang lebih berkelanjutan untuk menggantikan kemasan plastik dalam perayaan ini. Langkah-langkah berikut dapat diambil sebagai pengganti yang lebih ramah lingkungan untuk kemasan daging kurban.

Leave a Comment