Tahun 1960, Khruhschev berkunjung ke Indonesia. Rupanya kunjungan itu meninggalkan kesan mendalam pada tokoh Soviet itu, sehingga mendapat tempat dalam buku memoarnya, Khrushchev Remembers, The Last Testaiment, yang ditulisStrobe Talbott, 1974. Dalam buku itu dia singgung sejarah berdirinya Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK). Rupanya, Khrushchev punya peran besar di situ.
Dalam buku tersebut, Khrushchev mengisahkan bagaimana kedekatannya dengan Sukarno—sekaligus pandangannya tentang Presiden Pertama RI tersebut.
“Kami mulai mengenal Sukarno lebih dekat. Ia memberikan kesan tersendiri sebagai seorang pemimpin yang baik, terpelajar dan cerdas,” kata Khrushchev dalam buku tersebut, mengisahkan kunjungannya ke Indonesia pada tahun 196o. “Kecerdasan dan pengetahuan tidak selalu timbul bersamaan. Saya telah banyak mengenal orang-orang yang sangat terpelajar tetapi tidak mempunyai otak, dan saya juga mengenal orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan formal dengan cukup, tetapo punya kemampuan intilegensia yang tinggi. Sukarno terpelajar dan punya otak.”
“Kami disambut kerumunan massa yang banyak sekali jumlahnya dan penyambutan sangat megah. Presiden Sukarno menyambut kedatangan kami. Tampaknya ia menyukai upacara besar-besaran. Ia mempunyai kemampuan sebagai aktor. Ini termasuk di antara beberapa kelemahannya. Sebagai contoh, ketika pemerintah Indonesia minta bantuan ekonomi, Sukarno sangat mengharapkan kami untuk membantunya dalam pembuatan sebuah stadion raksasa. Saya agak terkejut. Sebuah stadion yang megah hanyalah bentuk penghamburan uang bagi Indonesia,” papar Khrushchev.
“‘Mengapa Anda menginginkan stadion?’ saya bertanya. ‘Sebagai tempat untuk mengumpulkan massa,’ katanya.”
“Kami memberinya teknisi dan bantuan kredit seperti yang ia minta. Ketika saya tiba di Indonesia, Sukarno mengundang saya untuk menyaksikan sendiri bagaimana pembangunan dilaksanakan. Ia mengajak saya untuk berpotret bersama dengan memegang sebuah martil balon. Sukarno memang mempunyai kemampuan sebagai pemain teater, tapi justru itulah yang tidak berkenan di mata saya,” komentar Khrushchev.
“Sudah tentu Nehru juga senang pidato dan muncul di hadapan umum,” lanjut Khrushchev, “tetapi Nehru tidak pernah punya niat untuk membangun sebuah stadion yang memerlukan biaya besar, kalau hanya digunakan untuk mengumpulkan massa dalam jumlah besar.”
Salah satu agenda lain saat Nikita Khrushchev berkunjung ke Indonesia pada 1960 adalah meninjau proyek-proyek pemerintah. Sukarno juga mengajak Khrushchev meninjau maket pembangunan stadion olahraga yang dirancang beberapa arsitek Soviet. Bung Karno membangun stadion ini sebagai persiapan menjadi tuan Rumah Asian Games pada tahun 1962.
Stadion dirancang sangat megah, atapnya melingkar, bisa menampung ribuan penonton. Kunjungan ini berlangsung pada tanggal 19 Februari. Proyek stadion sendiri dimulai sejak 8 Februari 1960, atau sebelas hari sebelum kunjungan Khrushchev.