Shalat Tarawih Cepat Sebenarnya Boleh, Asal Tahu Rukun dan Syaratnya

Shalat Tarawih cepat di Indramayu yang viral. (Tangkapan Layar)
JAKARTA—Menunaikan shalat sunnah Tarawih secara sat set alias sangat cepat selalu menjadi perbincangan saban Ramadhan tiba. Padahal, sejatinya shalat seperti ini sudah ada dari dulu, bahkan menjadi tradisi sebagian masyarakat. Banyak juga orang yang sudah tahu. Dan ternyata, shalat cepat diperbolehkan, asal tahu syarat dan rukunnya.

Sebagaimana dijelaskan dalam banyak riwayat, dahulu para ulama pun shalat ratusan, bahkan ribuan rakaat hanya dalam satu malam. Secara nalar, tidak mungkin ribuan rakaat itu dikerjakan dalam semalam kalau kecepatan shalatnya hanya biasa-biasa saja. Tentu cepat sekali.

Dengan demikian, belajar pada riwayat ulama-ulama terdahulu, maka shalat secara cepat sah-sah saja. Selama syarat dan rukun shalat terpenuhi, maka hukumnya sah secara fikih–baik shalat yang dikerjakan cepat maupun lambat. Soal diterima atau tidak, itu prerogatif Allah Swt.

Dalam sebuah pengajian yang diunggah beberapa akun media sosial, KH. Bahauddin Nursalim atau Gus Baha pernah mengisahkan satu sahabat yang shalatnya cepat, yaitu Sayyidina Ibnu Abbas.

“Sayyidina Ibnu Abbas itu kalau shalat cepat. Ada yang bertanya; ‘Kenapa orang sepertimu kalau shalat cepat?’ ‘Setan bersiap menggoda shalatku, ternyata shalatku sudah selesai’, jawab Sayyidina Ibnu Abbas,” terang Gus Baha.

Bacaan Lainnya

Menurut Gus Baha, alasan Ibnu Abbas shalat dengan cepat adalah agar setan kecewa, karena sudah berniat menggoda shalatnya, ternyata tidak sempat melakukannya karena shalat sudah selesai.

Gus Baha juga pernah menjelaskan tentang shalatnya Rasulullah yang dilambatkan karena suatu hal.

“Nabi pernah sujud, lalu dinaiki (punggungnya) oleh Sayyid Hasan (dan) Sayyid Husein. Itu dibiarkan lama, tidak dibentak,” ungkap Gus Baha.

“Andaikan Rasulullah membentak Sayyid Hasan (dan) Sayyid Husein, shalat dianggap problem. ‘Gara-gara Mbah shalat, aku dimarahi’, sehingga shalat jadi problem bagi anak-anak,” jelas Gus Baha.

Jadi, mau shalat dengan cepat atau dengan durasi yang dilambatkan, itu tidak masalah. Yang cepat bukan berarti tidak tumakninah; begitu pula yang lambat, bukan berarti salah.

“Jadi, shalat harus asyik. Harus enjoy. Kalau asyiknya itu harus cepat, ya sudah, cepat. Yang penting enjoy,” terang Gus Baha.

Ia juga menyampaikan, bahwa Rasulullah Saw. tidak pernah menegur orang yang shalatnya pendek, tetapi justru menegur kepada sahabat yang shalatnya lama.

“Nabi tuh tidak pernah menegur orang yang shalat cepat. Yang ada tuh sanad menegur shalat lama,” ujar Gus Baha, saat Dauroh Ilmiyah Merawat Tradisi Sanad Keilmuan Ulama Nusantara di Yayasan Al-Fachriyah, Tangerang, Banten.

“Saya punya sanad. Ada enggak sanad Nabi menegur shalat pendek? Yang ada menegur shalat panjang,” terang Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an Lembaga Pendidikan Pengembang Ilmu Al-Qur’an (LP3IA) Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah itu.

Gus Baha juga menegaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. menyebut sahabat yang mengimami shalat dengan cukup lama sebagai munaffir (meresahkan hati). “Shalat yang terlalu lama itu munaffir. Kamu bikin orang tidak nyaman,” kata Gus Baha.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *