Sejumlah Daerah Sudah Banjir, Kapan Musim Hujan di Indonesia Tiba?

Ilustrasi hujan. - Canva
Banjir dan angin kencang terjang sejumlah daerah, kendati musim hujan belum merata. BMKG memprediksi hujan 2025/2026 datang lebih awal, dengan potensi La Niña lemah dan IOD negatif memperpanjang durasi.

Musim hujan belum resmi merata, namun bencana sudah datang duluan. Sejumlah wilayah di tanah air diterjang banjir dan angin kencang dalam sepekan terakhir. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, fenomena hidrometeorologi basah mendominasi laporan kebencanaan dari Rabu-Kamis, 1-2 Oktober 2025.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Ph.D mengatakan, di Jambi, hujan lebat memicu banjir yang merendam Desa Telun, Kabupaten Merangin, pada Rabu siang. Akibatnya, 43 kepala keluarga (KK) terdampak dan sedikitnya tujuh rumah warga rusak ringan. “Banjir sudah berangsur surut pada malam harinya,” kata Abdul Muhari dalam keterangan tertulis.

Di Jawa Timur, angin kencang menyapu enam desa di Kabupaten Tulungagung pada Rabu malam. Dampaknya tak main-main, 492 rumah warga rusak ringan, mayoritas pada bagian atap. Sehari sebelumnya, tepatnya Senin, 29 September 2025, amukan angin juga membuat 33 rumah di Kabupaten Tuban rusak.

Rentetan bencana serupa juga terjadi di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Banjir sempat melanda Kecamatan Parung, Bogor, sementara angin kencang menerjang wilayah Cianjur, Purbalingga, hingga Wonosobo. Total ratusan KK terdampak dan puluhan rumah rusak.

Bacaan Lainnya

Di tengah ancaman cuaca ekstrem, bencana geologi tak ketinggalan. Gempa bumi berkekuatan M 6,5 mengguncang sejumlah wilayah di Jawa Timur pada Selasa, 30 September 2025 malam. Getarannya dirasakan hingga Sumenep, Situbondo, dan Banyuwangi, menyebabkan tiga orang luka-luka serta puluhan rumah rusak.

Lalu, Kapan Musim Hujan Tiba?

Rentetan peristiwa ini menjadi sinyal kuat jelang musim penghujan 2025/2026. Menurut data yang dirilis BMKG, awal musim hujan tahun ini diprediksi maju atau datang lebih awal dari biasanya di sebagian besar wilayah Indonesia (294 Zona Musim atau 42,1%).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *