Polemik antara Abdul Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menciptakan kegaduhan di kalangan nahdliyin. Benarkah Cak Imin membuat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sudah tidak patuh lagi pada ulama dan kiai Nahdlatul Ulama (NU), seperti klaim Gus Ipul? Ataukah, selama ini Gus Ipul menjadi makelar yang memperjual-belikan NU, seperti kritik Cak Imin?
Sebelum mencari jawaban atas polemik tersebut, perlu kiranya melihat kembali rekam jejak Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan PKB di pemilu-pemilu sebelumnya.
Pada Pemilu 2014, PKB memberikan dukungan terhadap pasangan Jokowi-Jusuf Kalla. Ketika itu PBNU sendiri terbagi dua kubu; Mantan Ketum PBNU Hasyim Muzhadi yang mendukung Jokowi-JK versus Ketum PBNU Said Aqil Siradj yang mendukung Prabowo.
Setelah Pemilu selesai, Kiai Said menegaskan bahwa PBNU bersatu mendukung Jokowi-Jusuf Kalla. Hal itu diputuskannya setelah berjumpa dan berdiskusi dengan Jusuf Kalla (Kompas, 23/10/2014).
Perpecahan internal PBNU ini tidak terulang pada pemilu selanjutnya, 2019. PBNU di bawah kepemimpinan Kiai Said dan PKB di bawah Cak Imin sama-sama mendukung pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin.
Perpecahan internal warga nahdliyin, antara yang berdakwah melalui PBNU dan melalui PKB, terjadi di Pemilu 2024. PKB-nya Cak Imin dan PBNU-nya Gus Ipul berbeda dukungan. Dari sinilah muncul polemik baru: Gus Ipul menuduh Cak Imin membuat PKB tidak patuh lagi pada PBNU, sementara Cak Imin menyebut Gus Ipul sebagai makelar.
Polemik Gus Ipul tampaknya berlebihan. Karena, kalau mau introspeksi diri, maka kita tahu sepanjang sejarah, PBNU tidak pernah ditaati oleh para politisi NU sendiri. Pada tahun 1998, PBNU-nya Gus Dur mendirikan PKB. Namun, Kiai Idham Cholid dan Kiai Syukron Ma’mun mendirikan Partai Persatuan Nahdlatul Ummat Indonesia (PPNUI). Ada juga Partai Kebangkitan Umat (PKU), yang didirikan oleh Kiai Yusuf Hasyim, karena tidak puas pada PKB-nya PBNU era Gus Dur.
Dalam konteks tersebut, beranikah Gus Ipul menuduh kiai-kiai khos seperti Idham Cholid, Syukron Ma’mun, dan Yusuf Hasyim tidak patuh pada PBNU dan Gus Dur, yang mendirikan PKB? Jika mau berpikir adil, apa yang dilakukan Cak Imin di Pilpres 2024 kali ini hanya bekerja untuk membesarkan PKB warisan Gus Dur. Cak Imin tidak mendirikan partai lain di luar partainya PBNU, seperti dilakukan kiai-kiai khos zaman dulu.
Gus Ipul Jadi Makelar?
Setelah menguji klaim Gus Ipul bahwa PKB tidak patuh pada kiai PBNU, dan menurut penulis terbukti berlebihan serta tidak berdasar, selanjutnya perlu juga menguji klaim Cak Imin bahwa Gus Ipul adalah ‘makelar politik’.