Hilal Ramadhan 1445 H Sudah di Atas Ufuk, Namun di Bawah Kriteria Baru Mabims

Cecep Nurwendaya menyampaikan seminar hilal di Kemenag, Jakarta. (Kemenag)

JAKARTA — Kementerian Agama (Kemenag) menggelar Sidang Isbat (Penetapan) Awal Ramadhan 1445 Hijriah, di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kementerian Agama Jakarta, Minggu (10/3/2024). Hasilnya, posisi hilal di Indonesia pada saat Maghrib di tanggal 10 Maret 2024 atau 29 Syakban 1445 H masih berada di bawah kriteria baru MABIMS (Menteri Agama Brunei Indonesia Malaysia Singapura) yang ditetapkan pada 2021.

“Di seluruh wilayah Indonesia, posisi hilal pada 29 Sya’ban 1445 H sudah berada di atas ufuk. Namun demikian, masih berada di bawah kriteria imkanur rukyat MABIMS,” ungkap anggota Tim Hisab Rukyat Kemenag H. Cecep Nurwendaya, M.Si saat memaparkan seminar hilal dikutip dari laman Kemenag, Minggu (10/3/2024).

Sidang Isbat diikuti oleh perwakilan ormas Islam, perwakilan duta besar negara sahabat, serta jajaran Kemenag. Kegiatan Sidang Isbat diawali dengan Seminar Posisi Hilal yang disampaikan H. Cecep Nurwendaya, M.Si. Cecep menjelaskan, posisi hilal di Indonesia pada saat Maghrib di tanggal 10 Maret 2024 masih berada di bawah kriteria baru MABIMS (Menteri Agama Brunei Indonesia Malaysia Singapura), yang ditetapkan pada 2021. “Sehingga kemungkinan tidak dapat teramati,” ujarnya.

Kriteria baru MABIMS menetapkan bahwa secara astronomis, hilal dapat teramati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat. Sementara menurut Cecep, pada saat Magrib 10 Maret 2024, tinggi hilal di seluruh wilayah Indonesia berada antara: – 0° 20‘ 01“ (-0,33°) sampai dengan 0° 50‘ 01“ (0,83°) dan elongasi antara: 2° 15‘ 53“ (2,26°) s.d. 2° 35‘ 15“ (2,59°).

“Bila melihat angka tersebut, hilal menjelang awal Ramadhan 1445 H pada hari rukyat ini secara teoritis dapat diprediksi tidak akan terukyat, karena posisinya berada di bawah kriteria Imkan Rukyat tersebut,” jelas Cecep.

Bacaan Lainnya

Jika data tersebut dikaitkan dengan potensi rukyatul hilal, secara astronomis atau hisab, dimungkinkan awal bulan Ramadhan jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024. Hasil hisab ini, selanjutnya akan dikonfirmasi melalui pengamatan hilal (rukyatulhilal). “Rukyatulhilal itu sifatnya konfirmasi. Jika nanti ada yang bisa mengamati hilal, maka Ramadhan jatuh esok hari. Tapi bila tidak bisa teramati, maka bulan Syakban digenapkan menjadi 30 hari, sehingga1 Ramadhan jatuh pada 12 Maret 2024,” ujar Cecep.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *